Rabu 21 Oct 2020 17:44 WIB

Sepupu Muamar Qadafi Blak-Blakan Soal Nasib Libya   

Sepupu Muamar Qadafi beberkan nasib Libya kepada media Rusia.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Sepupu Muamar Qadafi beberkan nasib Libya kepada media Rusia.
Foto: AP
Sepupu Muamar Qadafi beberkan nasib Libya kepada media Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Media Rusia, Sputnik, mewawancarai secara khusus sepupu mantan pemimpin Libya Muammar Qadafi, Ahmed Gaddaf al-Dam, untuk membahas berbagai hal termasuk pandangannya terhadap krisis Libya. 

Dia menuturkan, konflik di Libya akan membuat negara itu jatuh dalam kekacauan yang lebih besar. Al-Dam mengatakan, segala sesuatu yang telah terjadi selama konflik Libya sejak 2011 adalah upaya untuk menjerumuskan negara ke dalam kekacauan yang lebih besar dan memecahnya. 

Baca Juga

Perjanjian yang menurutnya memalukan pun disepakati dengan sejumlah negara bagian yang sebelumnya tidak berani mendekati pantai Libya.

"Dan sekarang mereka berusaha untuk memasuki negara itu (Libya) dan mendominasi Afrika dengan biaya yang ditanggungnya," kata Al-Dam dilansir dari Sputnik, Rabu (21/10).

Dia menilai, negosiasi eksternal yang terjadi di satu atau negara ketiga lainnya hanya mengalihkan perhatian dari penyelesaian konflik yang sebenarnya. Solusi untuk konflik justru harus dicari di Libya.

"Saya ingin menunjukkan bahwa 70 persen warga Libya tidak terwakili dalam negosiasi, dan mereka yang berpartisipasi di dalamnya harus dipenjara," ungkap dia.

Saat ditanya ihwal apakah Saif al-Islam Qadafi bisa menawarkan kompromi bagi rakyat Libya dan mengajukan diri sebagai calon presiden, Al-Dam mengiyakannya dan menyebut putra Muammar Qadafi itu akan mencalonkan diri dalam pemilihan umum.

"Karena saat ini dia (putra Muammar Qadafi) adalah satu-satunya kandidat yang mampu menawarkan rencana aksi yang nyata dan siap untuk memimpin Libya keluar dari kekacauan. Saya yakin mayoritas warga Libya akan mendukung pencalonannya. Saya rasa setiap warga negara memahami apa yang sebenarnya terjadi di arena politik negara," tegasnya.

Lebih lanjut, Al-Dam juga mengakui, beberapa organisasi internasional mencoba menjalin dialog dengan keluarga Qadafi tetapi mereka agak ragu-ragu. Dia menyebut, pihak di Libya yang meminta bantuan militer asing adalah pengkhianat.

"Kami tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Mereka membiarkan perampok dan penjajah masuk ke negara itu, menghancurkan Libya untuk keuntungan mereka sendiri. Mereka harus diadili karena pengkhianatan tingkat tinggi," katanya.

Al-Dam juga bicara soal mengapa Saif al-Islam masih pasif di arena politik. Dia mengatakan, dalam beberapa kasus, diam adalah pidato yang paling fasih. Saif al-Islam bergerak bebas di seluruh negeri, berkomunikasi dengan perwakilan dari berbagai suku.

"Libya saat ini diduduki. Memasuki arena politik yang sama dengan kolaborator tidak ada gunanya. Dia pasti akan keluar saat waktunya tiba," ujarnya.

 

 

https://sputniknews.com/interviews/202010201080828375-gaddafi-gets-ready-to-return-to-libyas-political-arena/

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement