Rabu 21 Oct 2020 15:45 WIB

Science Film Festival akan Kunjungi 24 Kota secara Daring

Science Film Festival edisi ke-11 kembali hadir di Indonesia.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Copyright: Goethe-Institut Indonesien
Copyright: Goethe-Institut Indonesien

Untuk kesebelas kalinya, Science Film Festival (SFF) kembali hadir di Indonesia tahun ini. Festival tahunan yang diselenggarakan Goethe-Institut ini akan mengajak siswa-siswi Indonesia berusia 9-14 tahun untuk mengenal sains melalui film-film serta demonstrasi eksperimen sains yang menyenangkan.

Science Film Festival 2020 di Indonesia akan memutar 15 film dari Chile, Jerman, Indonesia, Myanmar, Spanyol, dan Thailand yang telah disulihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia.

Dengan mengusung Tema "Tujuan Pembangunan Berkelanjutan" (Sustainable Development Goals/SDGs), SFF 2020 siap mengunjungi 24 kota secara daring mulai 20 Oktober hingga 6 November 2020. Kota-kota tersebut antara lain Ambon, Denpasar, Bandung, Jakarta, Jayapura, Kupang, Manado, Maumere, Medan, Pontianak, Sorong, Surabaya, Tomohon, dan Yogyakarta. Berbeda dengan edisi-edisi sebelumnya, format daring dipilih karena adanya pandemi corona.

Tema "Tujuan Pembangunan Berkelanjutan" dipilih agar siswa-siswi menjelajahi berbagai isu di baliknya.

Pada September 2015, 193 negara memutuskan untuk bersama-sama mengimplementasikan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan 169 capaian hingga tahun 2030 untuk membuat dunia menjadi lebih baik. Hal ini berarti semua orang dapat mengakses sumber daya yang memadai secara adil, dengan pelestarian alam sebagai aspek krusial. Implementasi dari SDGs dimaksudkan untuk memastikan bumi masih layak ditinggali untuk generasi-generasi mendatang.

“Bekerja sama dengan Program Lingkungan PBB (UNEP), Science Film Festival menyoroti berbagai isu di balik Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Melalui seleksi internasional film-film menghibur mengenai sains, teknologi, dan lingkungan, festival ini membantu memperluas percakapan tentang isu-isu sentral SDGs. Melalui percakapan ini, festival ini juga hendak menciptakan peluang bagi kita untuk bertindak dan berpartisipasi secara langsung membuat umat manusia dan planet kita menjadi lebih baik,” ujar Stefan Dreyer, Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru saat meresmikan pembukaan SFF 2020 secara virtual pada Selasa (20/10).

"Sangat tepat untuk menyampaikan pesan tentang SDGs sebagai bagian dari SFF 2020 ini," ia menambahkan.

Kepala Kebudayaan dan Informasi Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, Matthias Müller yang turut hadir dalam acara pembukaan juga menyambut gembira gelaran SFF 2020. Ia mengatakan tema SFF yang diusung tahun ini sangatlah tepat.

"Topik Science Film Festival tahun ini sangat tepat dan penting memilih SDGs, lima tahun setelah itu dicanangkan di 2015. Saya rasa ini sangat penting untuk mengingatkan semua akan SDGs dan komitmen kita untuk mencapainya. Kita punya sisa waktu 10 tahun lagi, kita harus memanfaatkannya. Science Film Festival dengan peserta 120 ribu tahun lalu sangat baik untuk mewujudkannya," kata Müller.

SFF menginspirasi generasi muda

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Riset dan Kolaborasi Unika Atma Jaya, Eko Adi Prasetyanto, mengatakan bahwa festival film sains yang diselenggarakan Goethe-Institut dapat memberikan insiprasi kepada anak-anak untuk mengenal sains dengan cara yang menyenangkan. Pihaknya pun berkomitmen untuk mendukung kesuksesan penyelanggaraan SFF 2020.

"Jadi bagaimana mengenalkan sains kepada masyarakat umum dengan lebih menyenangkan, science is fun, itu menjadi sesuatu yang penting...Dengan adanya Science Film Festival ini, inspirasi menarik untuk menjadi ilmuwan ini tidak hanya datang ketika sudah sekolah SMA tetapi jauh lebih awal lagi, sejak kecil," tutur Eko.

Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah, mengapresiasi gelaran SFF yang menyuguhkan aspek sains, tekonlogi, dan lingkungan dalam festivalnya. Menurutnya, ketiga aspek tersebut perlu disosialisaikan secara masif kepada masyarakat Indonesia.

Senada dengan Eko, Firmanzah pun meyakini gelaran SFF dapat "menambah dan memperluas" ketertarikan masyarakat di Indonesia, khususnya generasi muda terhadap sains.

"Kita bisa lebih fun dengan sains, yang selama ini dikonotasikan hal yang rumit, hal yang kompleks, hal yang menakutkan. Ada semacam rumus dan algoritma tertentu yang mungkin bagi kebanyakan orang itu menakutkan," papar Firmanzah.

Sejak edisi perdananya di Thailand pada tahun 2005, Science Film Festival konsisten mempromosikan literasi sains kepada generasi muda di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Utara, Amerika Latin, Afrika Sub-Sahara, dan Timur Tengah melalui komunikasi berbasis pengetahuan yang menghibur. Science Film Festival pertama kali diperkenalkan dan diadakan di Indonesia pada tahun 2010.

Dalam perjalanan waktu, festival ini telah mengukuhkan diri sebagai acara terbesar di dunia dalam kategori ini, dengan lebih dari satu juta pengunjung di 23 negara selama edisi tahun 2019, termasuk lebih dari 122.000 pengunjung di Indonesia. Untuk tahun ini, SFF diselenggarakan secara internasional di 30 negara.

Dalam penyelenggaraan SFF 2020, Goethe-Institut bermitra dengan Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, Inisiatif PASCH (“Sekolah : Mitra menuju Masa Depan”), Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, dan Universitas Paramadina.

rap/gtp

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement