Rabu 21 Oct 2020 14:41 WIB

PM Suga: Kami Ingin Kawasan Indo-Pasifik Bebas dan Terbuka

Suga membantah China yang sebut Jepang ingin buat NATO Indo-Pasifik.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga berbicara selama konferensi pers di Jakarta, Indonesia, 21 Oktober 2020. Suga sedang melakukan kunjungan resmi selama dua hari ke Indonesia.
Foto: EPA-EFE/DITA ALANGKARA
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga berbicara selama konferensi pers di Jakarta, Indonesia, 21 Oktober 2020. Suga sedang melakukan kunjungan resmi selama dua hari ke Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menegaskan sikap Negeri Sakura dalam mempertahankan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Ia mengatakan Jepang dapat menjalin kerja sama dengan negara mana pun di kawasan.  

"Sangat penting mewujudkan ketertiban yang terbuka dan bebas berdasarkan supremasi hukum di kawasan Indo-Pasifik, untuk memastikan kemakmuran di seluruh kawasan," kata Suga dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (21/10).

Baca Juga

"Bagi Jepang konsep yang bebas dan terbuka tidak ditunjuk pada negara-negara tertentu saja, kami terbuka dan kami bisa menjalin kerja sama dengan mana pun yang memiliki visi yang sama," katanya.

Suga membantah tuduhan Menteri Luar Negeri China Wang Yi yang menuduh Jepang, Australia, India dan Amerika Serikat (AS) ingin membentuk NATO di Indo-Pasifik. November mendatang empat negara tersebut akan menggelar latihan militer gabungan skala besar di Indo-Pasifik.

Dalam kesempatan ini Suga juga menyampaikan ingin menunjukkan kepemimpinan yang aktif di kawasan Indo-Pasifik. Sepanjang pidatonya Suga berulang kali menegaskan sikap Jepang yang menginginkan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.  

Jepang, Australia, India dan AS membentuk kerja sama empat negara yang disebut Quadrilateral Security Dialogue. Sebuah kelompok yang digagas berdasarkan kekhawatiran terhadap pengaruh Cina di Indo-Pasifik.

Dalam beberapa dekade terakhir China mencoba mempengaruhi Myanmar, Sri Lanka, Pakistan dan Bangladesh yang memicu kekhawatiran India. Latihan ini digelar saat hubungan antara China dengan Australia, AS dan India memanas.

China berselisih dengan AS mengenai berbagai hal mulai dari perdagangan, virus Corona, hingga hak asasi manusia. Sementara hubungan Australia dengan China memburuk setelah Negeri Kanguru mendesak penyelidikan independen mengenai sumber virus Corona yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China.

Hubungan China dan India memanas setelah terjadi bentrokan antara dua pasukan. di perbatasan di wilayah Ladakh pada bulan Juni lalu. Bentrokan itu menjadi bentrokan paling mematikan selama puluhan tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement