Rabu 21 Oct 2020 08:35 WIB

Harga Minyak Naik Dipicu Harapan Stimulus

Ancaman Covid-19 terhadap permintaan dan kenaikan produksi membatasi kenaikan harga.

Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Selasa (20/10) ketika prospek Amerika Serikat (AS) mendekati kesepakatan bantuan virus corona.
Foto: AP
Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Selasa (20/10) ketika prospek Amerika Serikat (AS) mendekati kesepakatan bantuan virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Selasa (20/10) ketika prospek Amerika Serikat (AS) mendekati kesepakatan bantuan virus corona. Akan tetapi ancaman dari melonjaknya kasus Covid-19 di seluruh dunia terhadap permintaan dan peningkatan produksi Libya membuat harga tidak bergerak lebih tinggi.

Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November ditutup pada 41,46 dolar AS per barel, naik 63 sen atau 1,54 persen. Kontrak WTI untuk Desember yang lebih aktif diselesaikan pada 41,70 dolar AS, atau meningkat 64 sen.

Baca Juga

Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember ditutup pada 43,16 dolar AS per barel, menguat 54 sen atau 1,27 persen.

Investor mengikuti negosiasi antara Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengenai paket bantuan virus corona AS lainnya, kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. "Jika kita mendapatkan kesepakatan, saya pikir itu akan mendukung, dan jika kita tidak mendapatkan kesepakatan, saya pikir itu akan cukup merugikan harga," kata Kilduff.

 

Harga naik setelah Pelosi mengatakan dia optimistis Demokrat bisa mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih yang bisa mendapatkan bantuan awal bulan depan. Dia menambahkan harus ada indikasi kemungkinan kesepakatan pada Selasa (20/10) malam.

Namun, skeptisisme atas dampak kesepakatan di pasar minyak tetap ada. "Meskipun memungkinkan paket stimulus baru, selera risiko dapat terpukul dari terungkapnya fenomena 'beli rumor/jual berita'," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Rebound dalam kasus Covid-19 di Eropa dan Amerika Utara yang telah memicu langkah-langkah lockdown baru membuat harga tidak bergerak lebih tinggi. Panel menteri Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC Plus, berjanji pada Senin (19/10) untuk mendukung pasar dalam menghadapi pukulan pandemi terhadap permintaan.

Namun, negara-negara tersebut berencana untuk mengurangi ukuran pemotongan produksinya pada Januari dari 7,7 juta barel per hari (bph) saat ini menjadi sekitar 5,7 juta barel per hari pada Januari.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement