Selasa 20 Oct 2020 17:10 WIB

Kota Malang Belum Putuskan Belajar Tatap Muka

Saat ini Kota Malang masih berada dalam kategori zona oranye Covid-19.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Wali Kota Malang Sutiaji
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Wali Kota Malang Sutiaji

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang belum memutuskan untuk menerapkan belajar tatap muka di tengah pandemi Covid-19. Ada sejumlah hal yang perlu didalami dan dipelajari sebelum kebijakan tersebut berlaku.

Wali Kota Malang, Sutiaji mengklaim, banyak orang tua dan wali murid meminta belajar tatap muka kembali dilaksanakan. Setidaknya sekitar 70 persen orang tua menghendaki anaknya sekolah luring. "Insya Allah dalam waktu dekat, ketika kita bertahan dan masuk dalam zona kuning. Karena di Jatim, zona kuning hampir separuh, lainnya oranye," katanya kepada wartawan di Kota Malang, Selasa (20/10).

Baca Juga

Saat ini Kota Malang masih berada dalam kategori zona oranye atas kasus positif Covid-19. Total kasus positif Covid-19 di Kota Malang telah mencapai 1.946 pada Selasa (20/10). Dari jumlah tersebut, 193 orang meninggal dan 1.712 orang telah sembuh sedangkan  41 orang lainnya masih dalam pemantauan.

Menurut Sutiaji, pembukaan sekolah dengan belajar tatap muka tidak perlu menunggu zona hijau. Ketika masyarakat patuh dan saling mengerti, maka tidak menutup kemungkinan kebijakan tersebut berlaku. Tidak ada lagi belajar secara virtual seutuhnya di sekolah-sekolah.

Meski kelak akan diberlakukan, Sutiaji menegaskan, sistem belajar tatap muka harus dibagi terlebih dahulu. Artinya, 50 persen sekolah menerapkan belajar tatap muka sedangkan lainnya daring. Hal ini menyesuaikan dengan kesiapan masing-masing sekolah. "Untuk sekolah yang banyak anak dari luar kota, harus tetap diantar. Tidak boleh menggunakan angkutan umum," ucapnya.

Sutiaji menargetkan, daerahnya dapat berubah menjadi zona kuning pada pekan depan. Oleh sebab itu, dia mendorong kerja sama masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19. "Tinggal sekarang dipertahankan atau tidak itu tergantung dari masyarakat. Jadi kita tidak boleh terlena," ungkap Sutiaji.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement