Selasa 20 Oct 2020 08:25 WIB

Posisi Tidur Disarankan Ahli untuk Cegah Leher Kaku

Leher kaku terjadi karena adanya penurunan fungsi tulang belakang dan sendi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Leher kaku terjadi karena adanya penurunan fungsi tulang belakang dan sendi (Foto: Ilustrasi sakit leher)
Foto: Pxfuel
Leher kaku terjadi karena adanya penurunan fungsi tulang belakang dan sendi (Foto: Ilustrasi sakit leher)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar orang pasti pernah mengalami leher kaku. Terjadinya leher kaku disebabkan oleh penurunan fungsi tulang belakang dan sendi pada bagian leher yang ditandai dengan leher terasa kaku dan sakit.

Leher kaku umumnya terjadi ketika terlalu lama menatap layar komputer atau posisi tidur yang salah. Direktur Eksekutif Chiropractic di The Joint Chiropractic Steven Knauf mengatakan bahwa posisi tidur yang buruk dapat menyebabkan stres berkepanjangan pada leher seseorang.

Baca Juga

“Orang yang tidur tengkurap sering kali tidur dengan posisi kepala menyamping agar bisa bernapas. Seiring waktu, hal ini dapat membuat otot di leher menjadi stres dan dapat menyebabkan kekakuan atau nyeri,” kata Knauf seperti dikutip dari laman Well and Good, Senin (19/10).

Jika masalahnya tidak segera diatasi, kemungkinan besar akan mengalami gejala lain seperti sakit kepala dan bahkan kesemutan di lengan atau tangan. Knauf mengatakan, hal terpenting yang harus diingat untuk menghindari cedera leher saat tidur adalah selalu menjaga posisi kepala dalam posisi netral.

 

Dia menganjurkan agar tidur dalam posisi terlentang dan miring. Tidur telentang akan menjaga tulang leher dan punggung tetap lurus dan menurunkan risiko cedera.

“Memiliki bantal yang menopang lekuk alami leher, tetapi tidak mendorong kepala ke depan adalah suatu keharusan. Telingamu harus sejajar dengan bahu bagian atas,” kata Knauf.

Anda dianjurkan untuk tidur miring. Tidur miring diyakini bisa membantu menopang tulang leher dan tulang belakang Anda selama tidur.

"Untuk tidur miring, penting untuk menggunakan bantal yang tidak terlalu tinggi untuk kepala,” kata Knauf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement