Senin 19 Oct 2020 22:04 WIB

UGM dan Whatsapp Bantu Perempuan Lawan Hoaks Politik

Bagi kebanyakan perempuan, Whatsapp adalah perpanjangan dari kehidupan sosial.

Rep: my32/ Red: Fernan Rahadi
WhatsApp
Foto: EPA
WhatsApp

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jelang perhelatan Pilkada 2020 mendatang terdapat kemungkinan terjadinya penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di berbagai platform media sosial, salah satunya Whatsapp.

Untuk mengantisipasi serangan hoaks tersebut, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Whatsapp meluncurkan program pelatihan bertemakan "Perempuan melawan Hoaks Politik di Whatsapp Grup dalam pilkada 2020". Pelatihan ini berlangsung dari 19 Oktober hingga 23 Oktober 2020 mendatang.

Pelatihan tersebut merupakan kelanjutan dari hasil riset berjudul “Grup Whatsapp dan Literasi Digital Perempuan Indonesia” yang dipublikasikan awal tahun ini oleh Departemen Ilmu Komunikasi UGM. Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi UGM, Novi Kurnia, mengungkapkan alasan mengapa penelitian ini menyasar kaum perempuan.

"Bagi kebanyakan perempuan, Whatsapp adalah perpanjangan dari kehidupan sosial di mana lebih dari separuh grup Whatsapp mereka adalah keluarga dan teman-teman. Sebanyak 70 persen dari 1.250 responden perempuan mengaku memiliki hingga 10 grup Whatsapp, yang seringkali menjadi tempat di mana mereka terpapar hoaks dan disinformasi," kata Novi saat diwawancarai Republika via Whatsapp, Senin (19/10).

Novi mencontohkan di Makassar sebanyak 58 persen perempuan rata-rata menerima satu hingga tiga pesan yang menyesatkan dari grup mereka setiap harinya. "Lebih dari tiga perempat isi pesan-pesan tersebut berkaitan dengan politik," kata Novi, yang juga merupakan koordinator pelatihan.

Pelatihan ini akan diadakan di empat kota dan kabupaten terpilih, yakni Tangerang Selatan, Mamuju, Tomohon, dan Makassar. Keempat lokasi ini diidentifikasi oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai daerah yang rentan konflik akibat disinformasi. 

"Pelatihan ini terbatas pada 96 perempuan di empat kota, dengan batasan usia 23-50 tahun. Karena pelatihan ini mempunyai tujuan untuk mengajak peserta menjadi agen literasi digital, jadi mereka diharapkan aktif di komunitas masing-masing," ujar Novi.

Direktur Kebijakan Publik Whatsapp APAC Clair Deevy percaya teknologi dan peningkatan literasi digital yang baik dapat menjadi solusi atas isu ini. Whatsapp juga merupakan teknologi yang memiliki pendeteksi spam terbaik.

"Dengan teknologi ini, Whatsapp mendeteksi akun-akun yang menunjukkan perilaku mencurigakan, seperti akun baru terdaftar yang mendadak mengirimkan pesan dalam jumlah besar sekaligus. Akun ini biasanya disalahunakan untuk menyebarkan spam dan hoaks," ujar Deevy.

Deevy melanjutkan, Whatsapp tetap menyarankan penggunanya untuk selalu memeriksa kebenaran pesan yang diterima sebelum membagikannya. Pengguna juga disarankan untuk selalu merujuk informasi penting kepada sumber yang terpercaya dan resmi.

"Maka dari itu, kami sangat antusias dapat bekerja sama dengan institusi seperti UGM untuk semakin mendorong keterlibatan pengguna Whatsapp dalam melawan hoaks dan disinformasi," tuturnya dalam siaran pers.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement