Ahad 18 Oct 2020 16:56 WIB

Pekan Depan IHSG Diperkirakan Menguat Terbatas

IHSG pekan depan sentimen perkembangan vaksin dan perkiraan kinerja emiten.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menguat terbatas disepanjang pekan depan.
Foto: Prayogi/Republika
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menguat terbatas disepanjang pekan depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menguat terbatas disepanjang pekan depan. Beberapa sentimen mulai dari perkembangan penemuan vaksin dan perkiraan kinerja emiten di kuartal ketiga akan mewarnai pergerakan IHSG. 

Dari dalam negeri, Direktur Anugerah Investama Sekuritas, Hans Kwee mengatakan, pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja masih menjadi perhatian pasar. Bank Dunia turut memberikan respons yang positif terhadap UU sapu jagat ini. 

Baca Juga

Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. UU ini dinilai dapat membantu menarik investor lebih banyak berinvestasi di Indonesia, menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia mengatasi masalah kemiskinan.

"Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar," kata Hans, Ahad (18/10). 

Dari global, Hans menambahkan, pasar juga akan memperhatikan perijinan vaksin covid-19. Manajemen Pfizer Inc akan mengajukan izin vaksin covid-19 ke otoritas Amerika Serikat (AS) pada awal November. Vaksin Pfizer merupakan hasil pengembangan perusahaan bersama mitranya di Jerman, BioNTech. 

Hans melihat perkembangan perizinan vaksin menjadi sentimen positif di akhir pekan bagi bursa Eropa dan AS di tengah naiknya kasus Covid-19. Saat ini pasar sudah semakin optimitis vaksin akan segera ditemukan dan segera didistribusikan. 

Selain itu, harapan stimulus Fiskal di AS juga masih menjadi perhatian pelaku pasar beberapa pekan ke depan. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berbicara kepada Ketua DPR AS Nancy Pelosi bahwa Presiden Donald Trump akan mempertimbangkan untuk menaikan jumlah bantuan pada paket stimulus Fiskal sebesar 1,8 triliun dolar AS.

Trump sempat meminta Kongres untuk mengesahkan RUU bantuan virus covid-19 dengan dikurangi dana sisa dari program kredit UKM yang kadaluarsa. Juru bicara Gedung Putih mengatakan anggota Senat dari Partai Republik akan mengikuti apa yang diinginkan Trump.  

Pemilihan Umum di AS juga menjadi perhatian pasar pekan depan. Kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, diperkirakan akan menang pemilihan presiden pada 3 November 2020. Beberapa jajak pendapat menempatkan Biden memimpin atas kandidat dari Partai Republik Donald Trump. 

Menurut Hans, kemenangan ini akan mendorong paket stimulus ekonomi yang lebih besar dan mengurangi potensi perang dagang dengan China. Selain itu pajak perusahaan di AS juga di perkirakan akan naik. Hal ini mendorong mata uang dolar lebih lemah dan akan positif bagi pasar emerging market termasuk Indonesia.

Dari Eropa, kekhawatiran gelombang kedua covid-19 terus meningkat karena infeksi melonjak di beberapa wilayah Eropa. Pemerintah Prancis mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat karena terjadi kenaikan rawat inap akibat Covid-19.

Inggris mengumumkan langkah-langkah ketat untuk mengurangi penyebaran Pandemi covid-19 di London. Hal ini membuat Inggris mendekati penguncian wilayah secara nasional untuk kedua kalinya. "Ancaman gelombang kedua ini akan menjadi sentimen negatif yang di perhatikan pelaku pasar di pekan depan," tutur Hans.

Pasar saham dunia memasuki periode laporan keuangan kuartal ketiga. Hans mengatakan pelonggaran lockdown yang terjadi telah mendorong banyak emiten membukukan kinerja yang baik.

Hans memperkirakan kinerja emiten di Indonesia akan tumbuh positif di kuartal ketiga tahun ini akibat banyaknya upaya dari Otoritas Pasar Modal dan pemerintah. Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal pertama dan kedua 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement