Sabtu 17 Oct 2020 08:55 WIB

Warga Kwitang Ceritakan Saat Polisi Lepaskan Gas Air Mata

Ketika aparat mundur, massa justru kembali keluar untuk melakukan aksi bakar-bakar.

Masjid Al-Riyadh yang berlokasi di mulut Jalan Kembang III Kwitang, Kecamatan Senin, Jakpus.
Foto: Republika/Febryan A
Masjid Al-Riyadh yang berlokasi di mulut Jalan Kembang III Kwitang, Kecamatan Senin, Jakpus.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Febryan A

Puluhan polisi mengejar massa perusuh hingga ke permukiman warga di kawasan Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat (Jakpus) pada Selasa (13/10) malam WIB. Massa dan polisi saling serang di depan Masjid Al-Riyadh Kwitang. Warga pun panik ketika polisi melepaskan tembakkan gas air mata.

"Kondisi mencekam. Warga panik karena banyak anak kecil. Saya saja yang sudah dewasa sesak (terkena gas air mata)," kata Wanto, salah satu saksi mata, ketika ditemui di lokasi kepada Republika, Rabu (14/10).

Polisi mendatangi permukiman warga untuk mengejar massa perusuh yang sebelumnya terlibat unjuk rasa menolak Undang-Undang Cipta Kerja di kawasan Monas, Jakpus pada Selasa soreWIB. Massa yang ricuh itu dipukul mundur dari Jalan Medan Merdeka Timur. Namun, sebagian melarikan diri ke permukiman warga di Kwitang.

Dua saksi mata, Wanto dan Bambang, mengatakan, massa masuk ke kawasan Kwitang sekitar pukul 20.00 WIB. Mereka, yang mayoritas masih remaja, masuk dari Jalan Kramat Kwitang, tepat di depan Markas Marinir.

Sebagian besar massa itu masuk arah samping Masjid Al-Riyadh yang berlokasi di mulut Jalan Kembang III Kwitang. Warga sempat menghalau massa agar tak masuk ke arah masjid tersebut, namun upaya itu gagal lantaran jumlah mereka terlalu banyak.

Sekitar 10 menit berselang, lanjut Wanto, pasukan Brimob dengan menggunakan satu Baracuda dan sejumlah motor trail turut masuk ke kawasan permukiman tersebut. Aparat hendak memukul mundur massa. Warga pun makin panik.

Sejumlah tokoh masyarakat, kata dia, berupaya menenangkan aparat. Tokoh masyarakat setempat berkumpul di depan masjid, dekat portal masuk Jalan Kembang VI. Aparat sempat tenang dan bahkan menyampaikan permintaan maaf lantaran mengejar massa hingga ke kawasan padat penduduk itu.

Saat suasana baru mulai kondusif, massa justru keluar dari arah samping masjid. Mereka melempari aparat dengan batu. "Massa dari arah berlawanan keluar buat melempari polisi. Pecah lagi keadaan," kata Wanto, yang berjualan kopi tepat di depan masjid tersebut.

Saat itulah, massa dan aparat saling serang di depan masjid. Aparat Brimob lantas melepaskan tembakan gas air mata. Massa pun kembali kabur. "Kita tidak tahan ketika gas air mata ditembak ke arah massa. Sesak sekali. Warga semua pada kocar-kacir," ungkap Wanto.

Asap dari gas air mata itu, lanjut dia, sebagian masuk ke dalam rumah warga. Sejumlah ibu-ibu di sana pun sempat melontarkan kemarahannya kepada aparat.

Menurut Bambang, suasana mulai kondusif sekitar pukul 22.00 WIB, karena massa kabur ke arah lain. Pasalnya, tokoh masyarakat, lewat pengeras suara masjid, menghimbau orang dari luar Kwitang untuk untuk meninggalkan kawasan tersebut. Suasana semakin aman dengan datangnya sejumlah personel Marinir untuk menenangkan warga.

Bambang amat menyesalkan insiden tersebut. "Yang rusuh itu bukan orang sini, kok yang jadi sasaran orang sini. 15 tahun saya di sini, baru sekali ini ngalamin yang kayak gini," ucapnya.

Beruntung, kata dia, tak kerusakan di Masjid Al-Riyadh, yang merupakan peninggalan tokoh Islam Jakarta, Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi atau dikenal dengan nama Habib Ali Kwitang itu. Namun tetap saja, warga setempat trauma dengan kejadian tersebut.

Sedangkan Wanto mengaku sejumlah barang dagangannya sempat diambil massa. Mereka juga mengincar minuman dingin. Sebagian membayar, tapi lebih banyak yang tidak.

Tanggapan polisi

Kapolres Metro Jakpus, Kombes Heru Novianto, mengatakan, aparat memang sempat mengejar massa hingga ke dalam kawasan Kwitang. Pengejaran dilakukan hingga ke permukiman, dengan alasan mereka terus berulah.

Ketika aparat mengejar, mereka bersembunyi di permukiman warga. Ketika aparat mundur, mereka justru kembali keluar untuk melakukan aksi bakar-bakar. Peristiwa seperti itu berulang hingga tiga kali. Polisi pun terpaksa mengejar mereka hingga ke dalam pemukiman. "Mereka berlindung di kampung situ, makanya kemarin penindakannya sampai masuk ke dalam," kata Heru kepada wartawan, Rabu.

Heru mengakui, pengejaran dan tembakan gas air mata itu mengganggu warga yang sedang beristirahat. Aparat, kata Heru, berhasil menangkap sejumlah anggota massa perusuh itu. Namun, ia membantah informasi yang menyebutkan bahwa aparat menggunakan peluru karet ketika memukul mundur massa.

Heru menegaskan, aparat hanya menggunakan gas air mata sesuai perintah Kapolri Jenderal Idham Azis. "Kita juga kena gas air mata pasti tidak tahan. Cuma masalahnya kalau kita tidak selesaikan tuntas, mereka akan keluar lagi-keluar lagi," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement