Jumat 16 Oct 2020 10:08 WIB

10 Santri dan Guru di Ponpes Kab Tangerang Positif Covid-19

Para santri pulang ke rumah masing-masing setelah dijemput oleh para orang tua

Rep: Eva Rianti/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sebanyak 10 santri dan tenaga pengajar di Pondok Tahfidz Insan Pratama Balaraja, Kabupaten Tangerang dinyatakan positif Covid-19. Pimpinan Ponpes Tahfidz Insan Pratama KH Ali Mukafi menuturkan para santri dan tenaga pengajar di ponpesnya telah melakukan rapid test atau tes cepat serta swab test atau tes usap bagi yang reaktif. Hasilnya, 10 orang terpapar Covid-19, satu diantaranya adalah tenaga pengajar.

"Kita sudah tangani bagaimana sebaran Covid-19 menyerang pesantren yaitu dengan melakukan rapid test dan swab test bagi santri yang reaktif, dari hasil Swab tersebut kebanyakan hasilnya negatif, yang positif 10 orang termasuk tenaga pengajar 1 orang dan sekarang lagi isolasi mandiri," tutur Ali dalam keterangan tertulis, Kamis (15/10).

Lebih lanjut, dia menyebut, saat ini para santri pulang ke rumah masing-masing setelah dijemput oleh para orang tua. Ali mengaku pihak pesantren tidak bisa menahan ketika para orang tua menjemput para santrinya dari pesantren. Namun, sebelum pulang, para orang tua dipastikan melakukan isolasi mandiri dan swab test mandiri, sesuai dengan yang tertuang dalam surat perjanjian kepulangan santri.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Desi Riana Dinardianti menyayangkan kepulangan para santri tersebut ke rumah masing-masing. Menurutnya, bila di lingkungan Ponpes ada yang reaktif dari hasil rapid test, harusnya santri tidak dipulangkan. Tetapi melakukan isolasi mandiri dan dipisahkan dengan santri yang lain selama 14 hari, agar virus tidak menyebar di lingkungan yang baru.

Begitu juga yang positif Covid-19, lanjutnya, harus diisolasi di Rumah Sakit yang ditunjuk atau di Hotel Singgah penanganan Covid-19 yakni di Hotel Yasmin, Kabupaten Tangerang.

"Santri yang hasilnya reaktif harusnya dilakukan pemisahan dan tidak dicampur dengan santri-santri yang lain dan para santri yang reaktif tersebut tidak diizinkan untuk keluar karena dalam pengawasan," jelas Desi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement