Jumat 16 Oct 2020 09:36 WIB

Para Siswa SMK Ma'arif yang Dikelola NU Sadar Pakai Masker

Para siswa mulai sadar penggunaan masker

Sejumlah siswa SMP mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui kanal TV Satelit Bandung 132 di Pos PAUD Mitra RW 05, Jalan Cibangkong, Batununggal, Kota Bandung, Selasa (13/10). Pemerintah Kota Bandung meluncurkan kanal TV Satelit Bandung 132 yang menayangkan program Padaringan (Pembelajaran Dalam Jaringan) berisi ratusan konten video mata pelajaran dari tingkat SD hingga SMP sebagai alternatif pembelajaran jarak jauh bagi siswa di masa pandemi Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Sejumlah siswa SMP mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui kanal TV Satelit Bandung 132 di Pos PAUD Mitra RW 05, Jalan Cibangkong, Batununggal, Kota Bandung, Selasa (13/10). Pemerintah Kota Bandung meluncurkan kanal TV Satelit Bandung 132 yang menayangkan program Padaringan (Pembelajaran Dalam Jaringan) berisi ratusan konten video mata pelajaran dari tingkat SD hingga SMP sebagai alternatif pembelajaran jarak jauh bagi siswa di masa pandemi Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesadaran akan Covid-19 di dalam masyarkat sampai kini memang terasa belum optimal. Apalagi dalam sebuah suvei terakhir diketahui ada sekitar 50 juta orang Indonesia tak percaya Covid-19 ada dan mereka tak percaya pula akan bisa terkena wabah ini.

''Ya memang begitu. Bahkan murid-murid saya pun percaya begitu. Kami para gurunya terus menyakinkan dan mencontohkan bahwa penyakit itu ada. Para guru pun memberi contoh langsung dengan selalu memakai masker ketika beraktivitas,'' kata Rahma, seorang gurung SMK Marif VII di Kebumen, Jawa Tengah, dalam sebuah perbicangan 16/10).

Menurutnya, setelah diyakinkan --terutama pada masa PSPB kedua -- para siswa sekolah mulai sadar. Mereka kian mengerti bahaya itu.''Tapi kendalanya. Ini lebih karena para guru belum bertatap muka sebab selama ini kami mengajar melalui daring. Dan kami memang sangat berharap mudah-mudahan mereka sadar dan menjalankan protokol kesehatan, misalnya memakai masker dan cuci tangan denan sabun sesering mungkin,'' ujar Rahma.

Bagi sekolah beserta para guru, lanjut Rahmna mengajar di tengah masa pandemi itu sebuah tantangan tersendiri yang luar biasa. Selain soal waktu yang harus tersita di depan komputer, ternyata belajar dan mengajar melalui daring itu butuh tenaga ekstra.

Ini karena proses belajar-mengajar melalui daring atau tanpa tatap muka perlu bolak-balik mengulang. Murid pun cenderung tak bisa dikotrol karena tidak bisa memperhatikan seluruh ekrpesinya secara langsung.

''Kami hanya bisa lihat ekpresi wajahnya saja. Tapi kami yakin, bukan kami yang sulit, para murid pun susah. Dan karena ada kesusahan itu kami pakai untuk menyakinkan kepada para siswa ajar agar tetap memakai masker bila di tempat umum supaya rantai Covid-19 cepat terputus. Hanya dengan ini kita semua bisa terbebas dari pandemi yang memang bikin susah,'' tegasnya.

Menurutnya, para siswa juga terus bertanya kapan pandemi akan berakhir atau kapan bisa belajar dengan normal. Mereka juga tak betah dan jenuh dengan cara belajar dengan sistem tanpa tatap muka. Mereka mengeluh juga karena tak bisa berteman dan pergi jalan-jalan dengan bebas.

''Kami hanya kasih saran agar semuanya sabar. Sekarang patuhi saja protokol kesehatan. Sebab, bila tidak taat bukan para murid saja yang rugi tapi saudara dan para tetangga sekampung pun bisa ikut rugi,'' tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement