Jumat 16 Oct 2020 09:33 WIB

Kepiawaian Dakwah Mush'ab bin Umair

Mush'ab seakan menjadi sumber cahaya jernih yang memancar ke seantero Yastrib

Rep: Andrian Saputra/ Red: Esthi Maharani
Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: smileyandwest.ning.com
Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu sahabat Rasulullah yang piawai berdakwah adalah Mush'ab bin Umair. Ia adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya di kota Makkah. Mush'ab begitu populer di Makkah, sampai-sampai setiap kali dia lewat di lorong-lorong kota, gadis-gadis Makkah selalu mengintipnya dari balik jendela.

Apalagi sebagai anak tunggal seorang hartawan, Mush'ab memang biasa berpakaian perlente. Di usianya menginjak tujuh belas tahun, Mush'ab memeluk Islam. Keluarganya pun mengusir Mush'ab karena keputusannya memeluk Islam. Kehidupan Mush'ab yang glamor dengan harta melimpah dan digandrungi gadis-gadis Makkah itu pun berubah derastis. Mush'ab memilih hidup sederhana.

Dalam Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia karya Muhammad Fethullah Gulen dituliskan ketika di Yastrib, murid Rasulullah itu langsung berdakwah. Tak ada satupun pintu rumah yang tidak diketuknya. Pada saat itulah terbukti bahwa keikhlasan Mush'ab dalam berdakwah membuat ucapannya dapat merasuk ke dalam hati orang-orang yang mendengarnya. Lewat dakwah yang dilakukan Mush'ab itulah banyak penduduk Yastrib yang bersedia memeluk agama Islam.

Bahkan karena sedemikian hebatnya dakwah Mush'ab pada saat itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kedatangan Mush'ab di Yastrib adalah laksana gelombang besar yang dahsyat. Mush'ab seakan menjadi sumber cahaya jernih yang memancar ke seantero Yastrib untuk menaklukan hati penduduknya.

Tak ada seorang tokoh di Yastrib yang tidak mendatangi Mush'ab untuk mendengar dakwahnya. Bahkan orang-orang yang semula sempat menghentikan dakwah Mush'ab pun luluh ketika mendengarnya berdakwah. Salah satu di antara mereka adalah Sa'd bin Mu'adz. Ketika mendatangi Mushab, pembesar Yastrib itu berniat untuk mengusir Mush'ab yang dianggap telah mengganggu ketentraman penduduk.

Rupanya Sa'd termakan hasutan beberapa orang yang mengatakan bahwa dakwah yang dilakukan Mush'ab telah menimbulkan keresahan di Yastrib. Ketika baru memasuki kediaman Mush'ab, Sa'd langsung mendengar suara Mush'ab yang empuk dan menyejukan. Namun karena amarah telah menguasai dirinya, Sa'd pun melontarkan cacian kepada Mushab.

Mendengar makian itu Mushab tetap tenang dan kemudian berkata kepada Sa'd. “Bagaimana jika tuan duduk dan mendengarkan. Jika ternyata tuan senang mendengar apa yang kuutarakan, silakan tuan menerimanya. Tapi jika tuan tidak suka, aku akan berhenti menyampaikan apa yang tuan benci itu,”

Sa'd tiba-tiba luluh dan mau duduk mendengarkan Mushab. Dalam waktu singkat Sa'd merasakan dirinya telah berpindah ke sebuah dunia lain. Sebuah dimensi yang belum pernah dimasukinya seumur hidup. Sebuah tempat di mana para malaikat mengepakan sayapnya. Dan sebelum pertemuan itu berakhir, Sa'd telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan menyatakan diri bergabung dengan barisan umat Islam.

Keesokan harinya kota Yastrib pun gempar oleh berita Sa'd bin Muadz yang masuk Islam. Sebab seperti halnya reputasi Umar bin Khaththab di Makkah, nama Sa'd bin Mu'adz di Yastrib pun ternyata begitu berpengaruh. Bahkan berita ke-Islaman Sad itu kemudian menyebar sampai ke suku-suku yang mendiami kawasan di sekitar Yastrib.

Sementara itu ketika terjadi perang Uhud, Mush'ab wafat sebagai Syahid di medan perang. Jasadnya ditemukan dalam keadaan sudah dirusak oleh musuh sehingga para sahabat pun kesulitan menutup tubuhnya dengan kafan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement