Jumat 16 Oct 2020 05:36 WIB

Astronom Temukan Jawaban Perlambatan Pembentukan Bintang

Pembentukan bintang 10 kali lebih tinggi pada 8 miliar tahun lalu.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Langit malam berbintang/ilustrasi
Foto: Pixabay
Langit malam berbintang/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PUNE -- Para astronom berusaha memahami mengapa pembentukan bintang di alam semesta menurun secara stabil setelah mencapai puncaknya pada delapan miliar tahun lalu. Instrumen Giant Metrewave Radio Telescope (GMRT) membantu tim astronom mengukur kandungan atom hidrogen pada galaksi layaknya delapan miliar tahun lalu.

Para astronom berasal dari National Center for Radio Astrophysics di Pune, dan Raman Research Institute, Bengaluru, India. Makalah penelitian yang diterbitkan pada hari Kamis (15/10) di jurnal Nature menjelaskan galaksi dalam aktivitas pembentukan bintang yang tinggi dan cepat menggunakan hidrogen atom sebagai bahan bakar pembentukan bintang.

Baca Juga

Hidrogen kemudian hanya akan bertahan selama 1-2 miliar tahun ke depan. Inilah yang menyebabkan penurunan stabil dalam pembentukan bintang.

Studi lanjutan tentang gas hidrogen dan bintang-bintang diperlukan untuk memahami galaksi. Penelitian telah menunjukkan pembentukan bintang di galaksi sepuluh kali lebih tinggi pada delapan miliar tahun lalu jika dibandingkan dengan masa sekarang.

Aditya Chowdhury selaku mahasiswa doktoral di NCRA-TIFR sekaligus penulis utama studi tersebut, mengatakan sinyal atom hidrogen terletak pada panjang gelombang radio 21cm. Sinyal hanya dapat dideteksi oleh teleskop radio. Sehingga tidak seperti bintang, yang memancarkan cahaya kuat pada panjang gelombang optik.

"Sinyal 21cm ini sangat lemah, dan sulit untuk dideteksi dari galaksi yang jauh bahkan dengan teleskop yang kuat seperti GMRT," kata Chowdhury dilansir dari Times of India, Kamis (15/10).

Chowdhury mengatasi hambatan ini dengan menggunakan teknik yang disebut "stacking". Ini menggabungkan sinyal 21cm dari hampir 8.000 galaksi yang diidentifikasi sebelumnya dengan teleskop optik.

"Metode ini mengukur rata-rata kandungan gas dari galaksi-galaksi tersebut," ujar Chowdhury.

Diketahui, pembentukan bintang sangat kuat pada tahap awal alam semesta. Gas atom di dalam dan sekitar galaksi akan dikonsumsi untuk pembentukan bintang hanya dalam satu atau dua miliar tahun.

"Jika galaksi tidak dapat memperoleh lebih banyak hidrogen dari lingkungannya, aktivitas pembentukan bintang akan menurun, dan akhirnya, berhenti di galaksi ini," sebut Chowdhury.

Melalui studi ini, para astronom mengukur massa atom hidrogen di galaksi. Hasilnya menunjukkan jumlah hidrogen cukup untuk menopang pembentukan bintang hanya selama 1-2 miliar tahun.

Para astronom menghabiskan 90 jam penggunaan GMRT untuk observasi. Namun waktu analisanya butuh enam bulan karena data yang sangat banyak.

Para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan penemuan ini merupakan penghormatan kepada Govind Swarup, bapak astronomi radio di India, yang mendirikan GMRT. Dia meninggal pada September lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement