Kamis 15 Oct 2020 16:34 WIB

Impor Bahan Baku dan Barang Modal Masih Kontraksi

Pada September, impor bahan baku naik 7,23 persen dibandingkan Agustus 2020.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (29/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor bahan baku dan barang modal pada bulan lalu mencatatkan pertumbuhan positif dibandingkan Agustus.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (29/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor bahan baku dan barang modal pada bulan lalu mencatatkan pertumbuhan positif dibandingkan Agustus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor bahan baku dan barang modal pada bulan lalu mencatatkan pertumbuhan positif dibandingkan Agustus. Tapi, secara tahunan, kontraksinya masih dalam yang menandakan tren pemulihan ekonomi tidak dapat terakselerasi dengan cepat.

Pada September, impor bahan baku naik 7,23 persen dibandingkan Agustus menjadi 8,23 miliar dolar AS. Sementara itu, pertumbuhan lebih signifikan dialami impor barang modal, yaitu 19,01 persen menjadi 2,12 miliar dolar AS.

Baca Juga

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, kenaikan impor dua penggunaan barang tersebut akan berpengaruh kepada geliat industri dalam negeri. “Juga pengaruhnya ke komponen investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dalam pertumbuhan ekonomi," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/10).

Beberapa komoditas yang mendukung kinerja tersebut adalah impor gandum dari Ukraina dan raw sugar of other cane sugar dari Thailand.

Tapi, pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal masih menghadapi penurunan signifikan hingga double digit dibandingkan September 2019. Impor bahan baku tercatat kontraksi 18,96 persen, sementara impor barang modal menurun 17,72 persen. "Kita nampaknya perlu waktu untuk menuju recovery," kata Suhariyanto.

Sementara itu, impor barang konsumsi mengalami kontraksi, baik secara bulanan maupun tahunan. Nilai impornya mencapai 1,12 miliar dolar AS, turun 6,12 persen dibandingkan Agustus 2020 dan menyusut 20,38 persen dibandingkan September 2019.

Suhariyanto menuturkan, sejumlah komoditas berperan signifikan terhadap tren penurunan impor konsumsi secara bulanan. Di antaranya, raw sugar in solid form dan buah longan yang biasa diimpor dari Thailand.

Secara keseluruhan, kinerja impor Indonesia pada bulan lalu sebesar 11,57 miliar dolar AS. Apabila dibandingkan Agustus 2020, nilai tersebut naik 7,71 persen, namun turun 18,88 persen jika dibandingkan September 2019.

Penurunan juga terlihat secara kumulatif. Pada periode Januari-September, besaran impor mencapai 103,68 miliar dolar AS, kontraksi 18,15 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar 126,67 miliar dolar AS.

Mesin dan peralatan mekanis serta mesin dan perlengkapan elektrik masih menjadi komoditas dengan nilai impor nonmigas terbesar. Share-nya masing-masing adalah 17,13 persen dan 14,67 persen terhadap total impor Januari-September.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement