Kamis 15 Oct 2020 16:23 WIB

Investasi Pabrik Baterai BUMN Butuh Rp 176,4 Triliun

Holding industri baterai akan mengerjakan produksi baterai dari hulu sampai hilir.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Sejumlah pengemudi mobil listrik menunggu melakukan pengisian ulang baterai listrik di Stasiun Pengisian Cepat Baterai Kendaraan Listrik (ilustrasi). Pemerintah melalui Badan Usaham Milik Negara (BUMN) akan membuat industri baterai dalam negeri.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Sejumlah pengemudi mobil listrik menunggu melakukan pengisian ulang baterai listrik di Stasiun Pengisian Cepat Baterai Kendaraan Listrik (ilustrasi). Pemerintah melalui Badan Usaham Milik Negara (BUMN) akan membuat industri baterai dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Badan Usaham Milik Negara (BUMN) akan membuat industri baterai dalam negeri. Industri baterai ini akan dimotori oleh tiga BUMN besar, MIND ID, Pertamina dan PLN. Rencananya untuk bisa membangun industri baterai plat merah, pemerintah membutuhkan dana untuk investasi sebesar 12 miliar dolar AS atau sekitar Rp 176,4 triliun (kurs Rp 14.700 per dolar AS).

Direktur Utama MIND ID, Orias Petrus Moedak menjelaskan dana 12 miliar dolar AS ini tidak hanya akan berasal dari kas tiga BUMN tersebut. Rencananya saat ini ada pihak swasta dari China dan Korea yang menyatakan ingin terlibat dalam investasi ini.

Baca Juga

Orias mengatakan bahwa permasalahan dana ini tidak sulit untuk diakses. Selain para tiga BUMN ini mudah untuk mengakses pinjaman, para calon investor juga menyatakan siap untuk mengeluarkan dana untuk merealisasikan proyek ini.

"Itu kan nilai proyeknya 12 miliar dolar AS, nanti kita akan diberi tahu oleh TIM, kita equity berapa dan pinjaman berapa. Equity kan biasanya 30 hingga 70 persen. Tapi kan mitranya banyak ya. Jadi ini nggak berat ya. Ada mitra ada kita juga kan. Pinjaman dari luar juga," ujar Orias dalam konferensi pers daring, Kamis (15/10).

Namun, kata Orias, dari pihak BUMN sendiri siap siap saja jika memang harus memakai porsi equity dalam pengembangan proyek ini. Katakanlah 30 persen dari nilai total proyek maka holding industri baterai perlu menyiapkan setidaknya 3,6 miliar dolar AS.

"Karena cari dana gampang. Kalau perusahaannya sudah jadi, mudah ini. Kita bicara sama mitra, berapa besar equity dan pinjaman. Mana dulu yang siap, Korea Selatan atau China dulu, nanti baru kita bisa cari dulu," ujar Orias.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement