Kamis 15 Oct 2020 16:17 WIB

Doa Pengungsi Suriah di Depan Kabah

Lebih dari 80 persen pengungsi dari Suriah hidup di bawah garis kemiskinan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Doa Pengungsi Suriah di Depan Kabah (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/SAUDI MINISTRY OF HAJJ
Doa Pengungsi Suriah di Depan Kabah (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Tidak mudah melakukan perjalanan haji bagi korban perang yang melarikan diri dari negaranya (mengungsi). Namun jika Allah telah berkhendak atas umat-Nya tak ada yang tak mungkin, menghalangi mencapai suatu tujuan pergi ke Batullah untuk ibadah haji.

Pengungsi yang Allah dikhendaki mampu menunaikan ibadah haji adalah Ghazia Jaber. Di tengah kekacauan di negaranya Jaber mendapat kesempatan yang tidak pernah dia harapkan. 

Pada tahun 2016, ia bisa meninggalkan kamp dan segala kesulitan untuk bisa berangkat ke Makkah untuk menunaikan Islam kelima yakni ibadah haji.

"Ketika mereka memberi tahu saya, saya tidak bisa menahan kegembiraan saya. Keberangkatan saya ke arab Saudi itu adalah hari paling bahagia dalam hidupku," katanya menceritakan pengalamannya seperti dikutip thenewhumanitarian.

Tentunya kehendak Allah SWT undang Jaber ke Baitullah, didukung dengan doa sekaligus seperangkataturan kedunian seperti dokumen tak ada yang dilanggar. Beruntung meski sebagai pengungsi dokumen-dokumen dia masih lengkap.

Informasi Jaber bisa berangkat haji disampaikan keluarganya yang masih tertinggal negara asalnya di Suriah. Mereka menyampaikan, bahwa uang tabungannya bisa digunakan berangkat haji. "Mereka mengirimkan dokumen yang diperlukan untuk memastikan bahwa saya bisa melakukan perjalanan ke Makkah," kenangnya.

Putra bungsu Jaber, Ahmed Albaker menceritkan, rencana ayahnya pergi ke Baitullah itu suda dua tahun lalu (2014) ketika Jaber mengalami stroke tak lama setelah keluarga itu melarikan diri dari suriah.

"Dia bekerja keras untuk membesarkan kami dan aku takut dia akan mati sebelum dia mampu memenuhi rukun Islam ini (haji). Dia selalu berdoa agar dapat berangkat haju," katanya.

Jaber dan Albaker adalah di antara sedikit pengungsi  yang bisa berangkat ke Makkah pada tahun 2016 ini. Dari Suriah dia mengungsi ke Jordania dan tinggal  Zaatari.

Ibadah haji merupan salah satu ritual yang paling penting dalam rukan Islam, telah mengambil makna yang lebih besar bagi rakyat suriah yang telah mengalami tahun perang  yang bagi sebagai pengungsi telah membuat pelaksanaan haji menjadi beban keuangan utama.

Albaker mengatakan, dia etelah membawa daftar nama dan setelah tiba di Tanah Suci dia akan berdoa untuk nama-nama yang telah terdaftar. Hal ini bagian dari tradisi orang Islam mendoakan keluarga di Ka'bah.

Katanya, sebelum krisis, ia baru saja berdoa untuk kebaikan keluarganya. Akan tetapi sekarang, ia tidak hanya dapat berdoa bagi keluarganya saja. "Tetapi bagi semua orang Siria dan bagi para pengungsi di mana-mana. Ada begitu banyak orang yang perlu saya doakan." katanya.

Bagi setiap Muslim kesehatan sangat diperlukan untuk dapat menjalankan ibadah haji yang wajibnya sekali dalam hidup. Namun memenuhi persyaratan dapat menjadi prospek keuangan dan logistik yang menantang bagi pengungsi.

Di Jordania pada tahun 2016, lebih dari 80 persen pengungsi dari Suriah hidup di bawah garis kemiskinan, menurut Amnesty International. Sumber daya finansial yang terbatas menghalangi banyak pengungsi dari mempertimbangkan pengeluaran di luar kebutuhan pokok.

Menurut Moh'd Al-Taher, seorang perwira dari lembaga pengungsi PBB di Zaatari, mengatakan, berdasarkan data dari Kementrian Islam Jordania bahwa ada sekitar 2.000 pengungsi suriah dari seluruh negeri akan melakukan ziarah suci. Di antara mereka ada 60 pengungsi Suriah yang berdiam di Zaatari dan telah mendaftarkan diri untuk ikut haji tahun ini. 

"Menurut direktorat urusan pengungsi Suriah, permerintah Jordania yang bertugas mengawasi kamp-kamp telah memfasilitasi proses pelaksanaan haji bagi warga pengungsi," kataya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement