Kamis 15 Oct 2020 13:20 WIB

Startup Logistik Ini Buka Peluang Usaha Kemitraan

Tingginya biaya logistik jadi salah satu masalah krusial ekonomi yang perlu diperhati

TrawlBens gencar memperluas jaringan dan membuka peluang kemitraan.
Foto: .
TrawlBens gencar memperluas jaringan dan membuka peluang kemitraan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merespons lonjakan kebutuhan jasa logistik saat penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), TrawlBens gencar memperluas jaringan dan membuka peluang kemitraan. TrawlBens merupakan start-up aplikasi kargo pertama di Indonesia yang menawarkan jasa door to door yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam kegiatan pengiriman atau perpindahan barang dari dan ke seluruh Indonesia.

Beni Syarifudin, CEO TrawlBens, menjelaskan TrawlBens menjadi solusi permasalahan logistik yang dihadapi oleh para UMKM selama ini di mana harga ongkos kirim yang mahal. Trawlbens mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menjadi mesin penggerak ekonomi Indonesia dengan memberikan layanan istimewa untuk semua orang.

Beni menerangkan pada tahap awal TrawlBens membuka lima usaha kemitraan yakni mitra business, mitra space, mitra pool warehouse, mitra kurir motor dan mitra transporter mobil. “Dengan menjadi mitra Trawlbens, Anda berpeluang memperoleh penghasilan hingga Rp 30 juta per bulan dan menjadi mesin penggerak ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Dia menambahkan kehadiran usaha ini dilatarbelakangi permasalahan biaya logistik di Indonesia yang masih menjadi paling mahal di Asia Tenggara. Tingginya biaya logistik menjadi salah satu masalah krusial ekonomi yang perlu diperhatikan bersama. “Tanpa perbaikan biaya logistik yang signifikan, UKM yang menjadi penopang ekonomi nasional tidak mungkin tumbuh dan pulih dari krisis ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19,” ucapnya.

Beni menilai saat ini biaya logistik dari daerah-daerah terutama di kabupaten atau daerah tingkat dua masih terlampau mahal. “Jadi banyak produk atau hasil alam dari UKM sulit berkembang karena biaya logistik yang tinggi. Misalnya manggis atau nangka, seharusnya kalau biaya pengiriman itu murah, mungkin UKM bisa menciptakan produk baru,” jelasnya.

Dia mencontohkan masyarakat atau UKM di Sumatera misalnya jika mendapat pembeli dari daerah lain seperti Kalimantan atau Papua masih terbentur dalam ongkos pengiriman yang sangat tinggi. Mestinya biaya logistik atau ongkos pengiriman bisa turun 70 sampai 80 persen dari sekarang.

"Ini latar belakang TrawlBens hadir untuk memberikan layanan dan harga yang bukan hanya kompetitif, tapi murah. Jadi masyarakat dan UKM bisa berkembang. Kalau UKM tumbuh, hal itu akan menyerap ribuan pekerjaan kan,” ucapnya.

Saat ini, menurutnya, terjadi anomali dalam ongkos pengiriman di negeri ini. Ongkos pengiriman dari Cina ke Indonesia bisa Rp 9.000 per kilogram. Tapi dari Jakarta ke Makassar justru Rp 30 ribu per kg, atau Jakarta ke Manado bisa Rp 60 ribu per kg.

"Ini kan aneh. Bagaimana mungkin UMKM bisa bersaing dan berkembang dengan ongkos kirim yang begitu mahal,” tegasnya.

Karena itu, Beni menilai, TrawlBens hadir untuk menjadi solusi permasalahan utama tersebut. Sebab, selama pandemi Covid-19, bisnis jasa logistik justru menjadi salah satu sektor yang tumbuh signifikan dan penopang ekonomi, mengingat pembatasan sosial dan aktivitas masyarakat mendorong penggunaan jasa pengiriman barang melalui perusahaan kargo.

Pertumbuhan bisnis jasa logistik selama pandemi Covid-19 tumbuh hingga 100 persen, bahkan mencapai puncak tertinggi sepanjang September 2020 dengan pertumbuhan hampir 400 persen. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan penggunaan layanan e-commerce dan marketplace yang meningkat 69 persen selama masa pandemi Covid-19 di Indonesia, berdasarkan data perusahaan konsultan bisnis, RedSeer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement