Kamis 15 Oct 2020 09:42 WIB

Ketidakpastian Stimulus Fiskal di AS Dorong IHSG Melemah

IHSG pada Kamis dibuka terkoreksi 18 poin ke level 5.157,75.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pasar saham domestik bergerak di zona merah pada perdagangan pagi ini, Kamis (15/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,35 persen atau terkoreksi 18 poin ke level 5.157,75.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Pasar saham domestik bergerak di zona merah pada perdagangan pagi ini, Kamis (15/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,35 persen atau terkoreksi 18 poin ke level 5.157,75.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham domestik bergerak di zona merah pada perdagangan pagi ini, Kamis (15/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,35 persen atau terkoreksi 18 poin ke level 5.157,75. Pergerakan IHSG ini sejalan dengan indeks bursa saham Asia yang cenderung melemah hari ini.

Riset Phillip Sekuritas Indonesia menyebut, investor kehilangan harapan akan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) setelah Menteri keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan kesepakatan mengenai stimulus eknomi sulit di capai sebelum Pemilihan Presiden pada 3 November. 

"Kami memperkirakan IHSG akan bergerak melemah terbatas pada hari ini. Investor yang masih mengantisipasi paket stimulus ekonomi tampaknya harus bersabar hingga setelah pemenang Pilpres AS diketahui," tulis riset Phillip Sekuritas Indonesia, Kamis (15/10).

Menurut riset, investor juga memantau ketegangan antara AS dan China setelah Kementerian Luar Negeri AS mengusulkan perusahaan Chiba Ant Group masuk ke dalam daftar hitam perdagagan (trade blacklist). Ant Group sendiri berencana menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran umum saham (IPO). 

"Para pejabat di Kementerian Laur Negeri AS khawatir Ant berpotensi memberi Pemerintah China akses ke data-data perbankan yang sensitif milik warga AS," tulis riset tersebut. 

Investor juga mengantisipasi perkembangan Brexit. Pertemuan puncak para pemimpin negara anggota Uni Eropa (EU) pada Kamis dan Jumat akan memberitahu juru runding Michael Barnier untuk mengintensifkan pembicaraan dengan Pemerintah Inggris demi mencapai kesepakatan pada 1 Januari 2021. 

Hari ini, investor menantikan rilis data Ketenagkerjaan Australia bulan September, data inflasi (CPI dan PPI) China bulan September, data Neraca Perdagangan Indonesia bulan September serta data mingguan Initial Jobless Claims AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement