Rabu 14 Oct 2020 19:49 WIB

Atasi Covid-19, PMI Pusat Luncurkan Strategi JKT48

Pada masa pandemi Covid-19 ini, ia meminta berbagai pihak berhenti saling menyalahkan

Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Pusat menyemprotkan cairan disinfektan menggunakan mobil blawer di kawasan pusat perbelanjaan Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (28/3). Penyemprotan  tersebut sebagai upaya mengantisipasi penyebaran virus corona COVID-19 di kawasan pusat perbelanjaan
Foto: Thoudy Badai/Republika
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Pusat menyemprotkan cairan disinfektan menggunakan mobil blawer di kawasan pusat perbelanjaan Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (28/3). Penyemprotan tersebut sebagai upaya mengantisipasi penyebaran virus corona COVID-19 di kawasan pusat perbelanjaan

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Sekretaris Jenderal (Sekjen) Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat Sudirman Said meluncurkan strategi JKT48 berkelanjutan sebagai upaya dan langkah lembaga ini membantu pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19.

"Strategi JKT48 artinya jaga jarak, hidung mulut dan tangan kita dari virus dengan rajin mencuci tangan, kemudian kolaborasi dan test, tracing serta treatment," katanya saat seminar daring Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi), Rabu (14/10).

Menurutnya, pada masa pandemi Covid-19 ini, ia meminta berbagai pihak berhenti saling menyalahkan dan memulai bersinergi dengan berbagai elemen untuk mempercepat penanganan virus yang bisa menyebabkan kematian ini.

Lanjut dia, ada empat pihak yang menjalankan delapan program keberlanjutan penanganan Covid-19 yakni negara, komunitas atau masyarakat, korporasi atau pihak swasta dan institusi pendidikan adalah empat pilar yang diharapkan banyak terlibat dalam upaya tersebut.

Ia menjelaskan strategi JKT48 itu jaga, kolaborasi dan test, tracing serta treatment. Kemudian empat itu berarti empat pilar (negara, komunitas, korporasi dan institusi pendidikan) dan angka delapan mengandung arti delapan program.

Adapun program itu adalah edukasi publik seperti edukasi protokol kesehatan harus terus dilakukan, karena menghindar, menjaga jarak dan mematikan virus diyakini sebagai cara paling efektif.

Selanjutnya pelibatan publik. Pemerintah terbatas jam kerja, maka publik harus terlibat dan PMI terus mendorongnya dengan pelibatan otoritas lingkungan warga untuk disinfeksi mandiri atau memantau lingkungannya.

Program ketiga adalah berbagi tanggung jawab. Kebijakan yang ada di pusat juga dilakukan di daerah agar penanganannya merata. Seperti PMI Pusat yang mendorong PMI di daerah untuk melakukan operasi penanganan Covid-19 hingga di tingkat kecamatan.

"Kita juga perlu mendorong pelayanan kesehatan, seperti diketahui tenaga kesehatan sudah sangat bekerja keras dan berdasarkan data 70 sampai 80 persen sudah mengalami kelelahan,” tambahnya.

Selain itu, Sudirman mengatakan perlunya program pemberdayaan masyarakat bawah, seperti pemenuhan dasar kebutuhan akan efektif menekan angka penularan. Harus ada juga resources (pemberdayaan) yang dialokasikan untuk warga di tingkat bawah agar bisa menolong diri sendiri, supaya menjadi agenda bersama .

Pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat untuk meminimalisasikan orang keluar rumah karena mencari kebutuhan dasar, kalau semua bisa fokus pada pemenuhan kebutuhan tersebut maka aktivitas masyarakat di luar rumah bisa direm.

Sudirman juga meminta berbagai pihak memaksimalkan teknologi informasi untuk berbagai gerakan penanggulangan, baik edukasi publik soal protokol kesehatan misalnya PMI menggunakan segala saluran untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Terakhir atau program yang kedelapan membangun saling percaya (trust willing) dengan mengurangi suasana politik yang berlebih-lebihan saling menyerang atau menyalahkan. Trust willing ini penting agar program nomor satu hingga tujuh bisa bisa berjalan.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement