Rabu 14 Oct 2020 09:00 WIB

Ketua IDI Jelaskan Tahapan Pembuatan Vaksin

Di dunia kesehatan, objektifnya harus penelitian.

Rep: Andi Hana (swa.co.id)/ Red: Andi Hana (swa.co.id)
.
.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Mohammad Faqih menyampaikan, ada beberapa hal penting yang patut dicatat terkait vaksin Covid-19. Virus yang hingga saat ini sedang diteliti vaksinnya telah mendorong sejumlah inovasi peneliti di seluruh dunia. Beredarnya pemberitaan tentang vaksin sebelum penelitian selesai dikatakan Daeng adalah sebuah klaim yang belum tepat waktunya.

“Di dunia kesehatan, objektifnya harus penelitian. Tidak boleh mengandalkan testimoni dan bentuk-bentuk dukungan lainnya seperti dukungan ekonomi atau politik. Tidak ada dukungan apapun. Harus murni penelitian,” tegasnya dalam webinar “Tiga Guru Besar Alumni HMI Berbagi Kiat dan Pengalaman Sembuh dari Covid-19” (13/10).

Daeng menjelaskan, di dunia kedokteran terdapat tiga tahap penelitian yang harus dilakukan dalam merilis obat atau vaksin. Pertama, penelitian di laboratorium. Apabila di laboratorium dinyatakan bagus hasilnya, maka dilanjutkan ke tahap kedua yaitu pengujian pada hewan. Setelah itu, dilanjutkan ke tahap ketiga yaitu uji klinis pada manusia.

Adapun di uji klinis, ada tiga fase yang dibedakan menurut jumlah partisipan penelitian. Di fase pertama, partisipan yang diuji jumlahnya terbatas. Kemudian dilakukan uji klinis kedua dengan menyertakan lebih banyak partisipan. Di fase ini, dilihat pula khasiat dan keamanannya. Di fase ketiga, selain dilakukan uji-uji tahap sebelumnya, juga dihitung lethal dose dan efek sampingnya. Uji klinis fase ketiga pun dilakukan di beberapa tempat untuk menguji keakuratannya.

Daeng juga menyoroti kecepatan tes PCR di Indonesia yang masih kalah jauh dibandingkan beberapa negara tetangga. Ia menyebut, tes PCR di Indonesia rasionya masih 7,07 orang per 10.00 orang. Sedangkan di Singapura, rasionya sudah mencapai 150 orang per 1000 orang. Sementara di Malaysia kurang lebih 40 orang per 1000 orang. Daeng juga berharap pemerintah bisa bergerak lebih cepat dalam tracing kasus sehingga pengendalian pun lebih cepat dilakukan sebelum didahului penularan lebih masif.

“Jangan lupa untuk menambah daya tahan tubuh, asupan dari gizi terutama protein sangat penting. Kalau mau ditambah suplemen, konsumsi vitamin C dan vitamin D dosis tinggi,” kata Daeng.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement