Rabu 14 Oct 2020 07:58 WIB

Melatih Nafsu yang Jadi Sahabat dan Musuh Terberat Manusia

Luangkan waktu berpikir, kembalikan pada Allah, dan percaya pada diri sendiri

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Umat Islam mendengarkan ceramah agama di masjid (ilustrasi).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Umat Islam mendengarkan ceramah agama di masjid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu ketika seseorang mendapat ejekan yang benar-benar menghinakan dirinya dari temannya. Ejekan itu membuat hatinya sakit. Terbesit di pikiran orang tersebut untuk membalas penghinaan terhadapnya supaya lega hatinya.

Namun orang ini terus berpikir keras untuk memilih antara membalas ejekan yang serupa atau membiarkan temannya. Setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk mengacuhkan ejeken tersebut dan membiarkan temannya terus mengoceh.

Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 53 yang artinya:

"Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku."

Pergolakan batin antara memilih mengikuti kehendak nafsu untuk membalas dan bersabar sering kita dapati bahkan rasakan. Manusia memang diciptakan memiliki nafsu yang sering kali memerintah kita untuk melakukan hal yang baik untuk kepentingan diri sendiri. Namun, bagaimana Islam memberikan pedoman terhadap nafsu?

Berikut penjelasannya dikutip dari About Islam pada Rabu (14/10):

1. Meluangkan waktu untuk berpikir

Saat dihina orang lain, nafsu cenderung akan  mengarahkan untuk segera membalas hinaan tersebut. Hanya saja, jika kita meluangkan waktu untuk berpikir sejenak, menimbang baik dan buruknya saat kita membalas hinaan tersebut maka itu lebih baik.

Nafsu anda akan mulai berbicara dengan akal anda ('aql) dan menimbang opsi untuk menemukan manfaat maksimal bagi diri Anda sendiri. Kendati demikian pemikiran dalam tentang sesuatu tidak melulu harus berbuah menolak nafsu. Seperti saat seseorang melihat sepatu bagus di mall, jika memang butuh maka tidak mengapa untuk diambil.

2. Kembali kepada Tuhan

Allah berfirman:

"Wahai orang-orang yang jiwanya tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi dan masuklah di antara hamba-Ku [yang benar] dan masuklah ke Firdaus-Ku (8 27-30).

Ini adalah ayat Alquran yang sering dihubungkan ketika seseorang meninggal.  Namun, kembali kepada Tuhan adalah cara penting untuk melatihnya.  Nafs Anda adalah tentang Anda, dan karena itu semua tentang dunia ini.  Nafs dapat dengan mudah tersesat dan menghancurkan kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya.

Oleh karena itu, bekerjalah untuk mengembalikan nafs Anda ke tempatnya semula, sejalan dengan apa yang diinginkan Tuhan.  Lakukan ini melalui mengingat Tuhan atau dzikir dan dengan melakukan kewajiban agama Anda seperti doa tepat waktu.  Ini akan membantu Anda mengendalikan impuls dan mendisiplinkan pikiran Anda.

3. Percayalah pada dirimu sendiri

Poin ini mungkin tampak sedikit kontradiktif, tetapi nafsu memiliki sisi lain.  Anda tahu saat itu ketika Anda telah membuat kesalahan, atau setidaknya Anda pikir Anda telah melakukan kesalahan?  Pikiran Anda mungkin mulai lepas kendali, memikirkan semua hal buruk yang akan terjadi pada Anda dan konsekuensi yang harus Anda hadapi.

Itu adalah nafsmu yang berbicara.  Karena ia menginginkan yang terbaik untuk Anda, nafs Anda dapat mengambil kendali dan menjadi pengkritik terberat Anda.

Ketika ini terjadi, tarik napas dalam-dalam dan temukan hal lain untuk memenuhi pikiran Anda.  Pergi ke restoran, menonton TV, atau membeli buku yang dapat membawa Anda ke tempat lain.

Ketika kecemasan Anda mereda dan dialog internal yang kita bicarakan mengambil alih, Anda akan mulai memahami bahwa kesalahan Anda mungkin bukan masalah besar dan Anda akan selamat.

Sekalipun ada konsekuensi negatif, tangani dengan iman dan keyakinan.  Anda adalah orang yang berharga.  Orang yang membuat kesalahan, tentu saja, tetapi terlepas dari itu semua berusaha melakukan yang terbaik.

Belajar memercayai diri sendiri pada saat-saat ini, sambil tetap sadar akan tindakan Anda, adalah salah satu cara terbaik untuk menjauhkan diri dari kritik itu dan mendekatkan diri Anda kepada Tuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement