Selasa 13 Oct 2020 20:01 WIB

Beijing: AS Telah Serius Melanggar Prinsip Satu China

China nilai AS telah mencampuri urusan domestiknya dengan menjual senjata ke Taiwan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Hubungan Taiwan dan China kian memanas.
Foto: AP/Reuters/berbagai sumber
Hubungan Taiwan dan China kian memanas.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China berjanji akan memberi respons terkait keputusan Amerika Serikat (AS) menjual senjata kepada Taiwan. Beijing menilai, Washington telah secara serius mencampuri urusan domestiknya.

"AS telah secara serius melanggar prinsip satu-Cina dan ketentuan dari tiga komunike gabungan Cina-AS, terutama komunike 17 Agustus, dengan menjual senjata ke Taiwan, secara serius mencampuri urusan dalam negeri Cina dan merugikan kedaulatan Cina serta kepentingan keamanan. Cina dengan tegas menentang ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina Zhao Lijian merespons pertanyaan tentang laporan penjualan tiga senjata AS ke Taiwan dalam pengarahan pers pada Selasa (13/10), dikutip laman resmi Kemlu Cina.

Baca Juga

Zhao mendesak AS mematuhi prinsip satu-Cina dan segera membatalkan semua rencana penjualan senjata ke Taiwan. "Cina akan membuat reaksi yang sah dan perlu sehubungan dengan perkembangan situasi," ujarnya.

AS dilaporkan akan segera merealisasikan penjualan senjata canggih ke Taiwan. Menurut sumber-sumber yang mengetahui hal tersebut, saat ini pemerintah sedang menunggu lampu hijau dari Kongres AS. Beberapa senjata yang bakal dijual antara lain  Lockheed Martin-made High Mobility Artillery Rocket System, peluncur roket yang dipasang di truk; rudal serang presisi buatan Boeing Standoff Land Attack Missile-Expanded Response; dan pod sensor eksternal untuk jet F-16 Taiwan.

Jika penjualan terealisasi, hal itu diyakini akan memanaskan situasi di sekitar Selat Taiwan. Pekan lalu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan ingin menjalin dialog yang bermakna dengan Cina. Hal tersebut disampaikan saat hubungan antara Beijing dan Taipei kian meruncing.

Saat berbicara pada perayaan Hari Nasional, Tsai tak menampik bahwa saat ini situasi di Selat Taiwan dibalut ketegangan. Dengan adanya sengketa Laut Cina Selatan, pertikaian di perbatasan Cina-India, dan aksi represif di Hong Kong, Tsai berpendapat demokrasi dan perdamaian di kawasan itu menghadapi tantangan besar.

Menurut dia, Jika Cina dapat mengindahkan suara Taiwan dan bersama-sama memfasilitasi rekonsiliasi serta dialog damai, ketegangan regional pasti dapat diselesaikan. "Selama otoritas Beijing bersedia menyelesaikan antagonisme dan meningkatkan hubungan lintas selat, sementara paritas dan martabat dipertahankan, kami bersedia bekerja sama untuk memfasilitasi dialog yang bermakna," kata Tsai.

Tsai mengatakan dia berkomitmen menjaga stabilitas Selat Taiwan. Namun itu merupakan tanggung jawab kedua belah pihak. Tsai pun menekankan bahwa penguatan angkatan bersenjata Taiwan tetap menjadi prioritas dan akan terus mendorong hal tersebut.

Prinsip tidak mencari perang atau takut terhadap perang dijunjung tinggi. “Komitmen kami terhadap kedaulatan dan nilai-nilai demokrasi tidak akan berubah, tetapi kami juga akan menjaga fleksibilitas strategis serta tanggap terhadap perubahan,” ujar Tsai tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Cina memandang Taiwan sebagai provinsi yang memberontak dan mengklaim bahwa kepulauan otonom tersebut merupakan bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan enggan tunduk pada klaim tersebut. Selama beberapa pekan terakhir, pesawat-pesawat tempur Cina meningkatkan aktivitasnya di dekat wilayah udara Taiwan. Taipei telah memandang tindakan itu sebagai bentuk provokasi dan intimidasi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement