Selasa 13 Oct 2020 14:07 WIB

ESDM: Indonesia Produsen Nikel Terbesar di Dunia

Indonesia menyumbangkan 800 ribu ton nikel dari total produksi 2,6 juta ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat cadangan nikel di dunia ada di perut bumi Indonesia. Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat total produksi nikel di dunia berada di angka 2,6 juta ton, sedangkan Indonesia menyumbangkan 800 ribu ton yang merupakan produsen terbesar di dunia.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat cadangan nikel di dunia ada di perut bumi Indonesia. Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat total produksi nikel di dunia berada di angka 2,6 juta ton, sedangkan Indonesia menyumbangkan 800 ribu ton yang merupakan produsen terbesar di dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat cadangan nikel di dunia ada di perut bumi Indonesia. Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat total produksi nikel di dunia berada di angka 2,6 juta ton, sedangkan Indonesia menyumbangkan 800 ribu ton yang merupakan produsen terbesar di dunia.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Agus Supiadi menjelaskan pada 2019 kemarin Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia. Posisi kedua ditempati oleh Filipina dengan total produksi 420 ribu ton. Sedangkan peringkat ke tiga ada Rusia dengan total produksi 270 ribu ton.

Baca Juga

"Kita merupakan produsen terbesar di dunia. Sulawesi merupakan daerah dengan cadangan nikel terbesar," ujar Eko dalam diskusi daring Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Selasa (13/10).

Eko juga menjelaskan meski saat ini cadangan terbesar ada di Indonesia, namun secara produksi bijih mentah Indonesia juga yang paling besar. Padahal, kebutuhan akan nikel dalam negeri juga akan bertambah seiring perkembangan teknologi.

Ia menilai, selain tetap harus menggiatkan eksplorasi, Indonesia juga harus mandiri dalam produksi. Jangan sampai, kata dia cadangan yang banyak tersebut hanya diekspor secara cuma cuma. Ia menilai, dengan melakukan hilirisasi maka bisa menambah nilai tambah bagi negara.

"Kami di Badan Geologi juga giat ekplorasi ini untuk rekomendasi wilayah baru laporkan minerba sebagai wilauah usaha pertambangana. Potensi logam ikutan ada endapan nikel lain perlu evaluasi dan identifikasi untuk bisa memanfaatkan ini denban lebih baik," ujar Eko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement