Selasa 13 Oct 2020 11:31 WIB

Warga Mulai Bersihkan Rumah Pascabanjir Bandang di Garut

Material lumpur yang terbawa banjir cukup tebal dan menutupi akses jalan warga.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Warga bersama sejumlah relawan membersihkan sisa material lumpur pascabanjir di Desa Mandalakasih, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Selasa (13/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Warga bersama sejumlah relawan membersihkan sisa material lumpur pascabanjir di Desa Mandalakasih, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Selasa (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sejumlah warga di Desa Mandalakasih, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, mulai membersihkan rumah dan lingkungan yang masih terendam lumpur pascabanjir bandang pada Selasa (13/10). Material lumpur yang terbawa banjir cukup tebal dan menutupi akses jalan warga.

Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, material lumpur di jalan warga mencapai ketinggian 30 sentimeter. Sementara di dalam rumah warga, lumpur hanya tersisa di lantai rumah. Salah seorang warga, Iyan Taryana (44 tahun) mengatakan, warga baru sempat melakukan kerja bakti sebab, jalan desa tak bisa dilalui kendaraan jika tak segera dibersihkan.

"Tebal soalnya lumpurnya," kata dia.

Menurut dia, banjir bandang yang terjadi di desanya pada Senin (12/10) sangat besar. Air di permukiman yang terletak di pinggir Sungai Cipalebuh itu mulai naik sekira pukul 05.00 WIB. Ketika kejadian, ketinggian air di permukiman warga mencapai 1,5 meter.

Ia mengatakan, banyak warga yang mengungsi ketika banjir bandang terjadi. Sejak Senin pagi, warga telah diberi tahu aparat desa untuk segera meninggalkan rumah, sebab air di sungai masih terus meninggi.

"Pagi kemarin, banyak warga yang ke kantor desa dan kecamatan. Siangnya air turun, warga pulang lagi," kata dia.

Warga lainnya, Oday (50) mengungkapkan, banjir besar di wilayah itu merupakan yang kali pertama terjadi sejak 10 tahun terakhir. Menurut dia, banjir bandang memang pernah terjadi di wilayah itu, tapi tak setiap tahun.

"Terakhir kejadian (banjir bandang) itu 2010. Biasanya mah banjir hanya di jalan saja, sekarang sampai masuk rumah-rumah," kata dia.

Sementara itu, Kepala Desa Mandalakasih, Iwan Darmawan mengatakan, saat ini seluruh warga difokuskan untuk melakukan kerja bakti membersihkan sisa material lumpur pascabanjir bandang. Sebab, banyak fasilitas umum (fasum) yang ikut terdampak banjir bandang.

"Kita sekarang bersihkan jalan dan fasum dengan padat karya," kata dia.

Menurut dia, Desa Mandalakasih merupakan wilayah yang paling parah terdampak banjir bandang di Kecamatan Pameungpeuk. Berdasarkan data terakhir, jumlah warga yang terdampak mencapai sekira 576 kepala keluarga atau 1.700 jiwa. Ia menambahkan, diperkirakan kerugian akibat banjir bandang di desa itu mencapai Rp 500 juta.

"Karena banyak harta benda dan kebun warga yang terendam air dan lumpur," kata dia.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, banjir bandang berdampak ke tiga kecamatan, yaitu Pameungpeuk, Cibalong, dan Cikelet. Sebanyak 992 KK di Pameungpeuk dan 127 KK di Cikelet.

Di Kecamatan Pameungpeuk, 35 unit rumah rusak ringan, 20 unit rusak sedang, dan tujuh unit rusak berat. Selain itu, banjir juga membuat satu masjid rusak ringan, satu sarana pendidikan rusak ringan, dan tiga jembatan gantung rusak berat. Sementara, di Kecamatan Cikelet, banjir bandang menyebabkan satu tembok penahan tebing rusak, sawah terendam, dan abrasi tanah di bantaran sungai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement