Selasa 13 Oct 2020 05:10 WIB

Orang Fakir Masuk Surga Lebih Dulu Dibanding Orang Kaya

Orang fakir masuki surga lebih dulu sebelum orang kaya dengan jarak lima ratus tahun

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Surga
Foto: Pixabay
Ilustrasi Surga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw berdoa kepada Allah Swt agar dilindungi dari kemiskinan dan kefakiran. Hadis yang berkaitan dengan hal itu nilainya shahih. Namun, bukan berarti orang yang miskin atau fakir itu nilainya buruk di hadapan Allah .

Bahkan, dalam Hadis-hadis yang kualitasnya shahih, Nabi Saw mengatakan bahwa orang-orang fakir itu akan memasuki surga lebih dahulu sebelum orang-orang kaya dengan jarak lima ratus tahun.

“Hadis ini menunjukkan bahwa orang-orang faqir itu memiliki nilai lebih dibanding orang-orang kaya, meskipun keduanya sama-sama masuk surga,” kata Kiai ali Mustafa dikutip dari dari buku “Hadis-Hadis Bermasalah” karya Prof KH Ali Mustada Yaqub, Senin (12/10).

Menurut Kiai Ali Mustafa, nilai lebih tersebut terjadi karena adanya dua kemungkinan. Pertama, ibarat orang yang masuk di bandar udara dan ia tidak membawa barang apa pun kecuali dirinya sendiri, ia tentu tidak memerlukan banyak pemeriksaan. Berbeda dengan orang kaya yang membawa barang-barang banyak.

Begitu pula ketika orang fakir tadi masuk surga, ia tidak diperiksa lama karena tidak memiliki apa-apa. Lain halnya dengan orang kaya di mana kekayaannya harus diperiksa satu persatu. Maka wajar apabila orang miskin sudah menikmati keindahan surga, sementara orang kaya masih tertahan di pos pemeriksaan.

Kemungkinan kedua, lanjutnya, kelebihan itu tentunya apabila orang fakir tadi mampu menyikapi kefakiran atau kemiskinannya itu secara benar dan tepat. Misalnya ia menerima dengan ikhlas dan sabar atas kemiskinannya itu, meskipun ia telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengentaskan dirinya dari kubangan kemiskinan. Sebab secara naluri, tidak ada manusia yang mau mencari, apalagi menyenangi kemiskinan.

Kiai Ali Mustafa menjelaskan, Alquran menegaskan bahwa manusia itu mencintai harta. Bahkan, manusia itu cenderung lalai akhirat karena keasyikannya dengan harta dunia . Namun, jika upaya untuk membebaskan diri dari kemiskinan tidak berhasil dunia menerima dengan sabar atas keadaan itu.

“Maka itulah salah satu nilai lebih bagi orang miskin,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement