Senin 12 Oct 2020 13:34 WIB

Orang Cina Buang Kucir Rambut & Berbaju Eropa

Setelah membuang kuncir dan berpakaian Eropa, orang Cina minta dipanggil Tuan Baba.

Gaya rambut taucang atau kucir rambut khas orang cina.
Foto:

Di Semarang pada Juni 1904, permintaan izin membuang kucir dan mengenakan pakaian Eropa telah diajukan Liem Tjoe Ie. Menyusul kemudian masyarakat Cina di Yogyakarta juga mengajukan permintaan izin kepada Residen Yogyakarta pada November 1904. Apa tujuan dari tuntutan itu sehingga mereka berani meninggalkan identitas nasional Cina?

"Buat apa buwang buntut kaluk tida bisa pake pakean blanda? Kaluk lempar buntut lalu pake pakean blanda samuwa kiraken blanda sungguan, bisa dateng di mana-mana. Kaluk tida bisa pake pakean blanda, lebih baik tinggal Cina."

Ini alasan yang terungkap, yang dicatat oleh koran Soerabaijasch Handelsblad edisi 28 November 1904. Juni 1912, orang-orang Cina di Surabaya sudah bebas bersembahyang mengenakan pakaian Eropa.

Pada perayaan Imlek di Batavia pada Februari 1913, mereka juga sudah mengenakan pakaian Eropa. Polisi berjaga hanya untuk mencegah penyalaan kembang api yang dilarang pemerintah kolonial, bukan untuk merazia penggunaan pakaian Eropa.

Pada November 1911, Soerabaijasch Handelsblad menurunkan tulisan bahwa gubernur jenderal perlu menolak permintaan orang Cina itu. Pakaian Eropa bagi orang Cina dan orang bumiputra disebut sebagai pakaian penyamaran. Hukuman harus keras bagi pelanggar, seperti yang diberlakukan kepada orang Eropa yang menyamar dengan mengenakan pakaian non-Eropa.

"Dengan menolak permintaan tersebut, akan menyelamatkan penduduk daerah-daerah tersebut dari kesengsaraan yang lebih besar,'' tulis X, pembuat tulisan itu. Penulis itu mencurigai keinginan mengenakan pakaian Eropa dan membuang kucir akan disalahgunakan untuk menjual opium hingga ke desa-desa karena bisa bebas pergi ke mana-mana.

Mereka menginginkan bisa bebas pergi ke mana-mana jika mengenakan pakaian Eropa dan membuang kucir. Setelah mendapatkan izin, mereka ngelunjak. Meminta bumiputra memanggilnya Tuan Baba. Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie edisi 8 Januari 1912 memperlihatkan rasa jengkelnya. Kamu perlu menemui orang Betawi. Mereka lebih suka memanggil: Lu, Ba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement