Senin 12 Oct 2020 07:25 WIB

UMS Jelaskan Pengobatan untuk Korban Demonstrasi

'Kalau ada yang mengatakan pengobatan indikasi menyuruh demo, itu terlalu jauh.'

Rektor Universitas Muhammdiyah Surakarta (UMS), Sofyan Anif.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Rektor Universitas Muhammdiyah Surakarta (UMS), Sofyan Anif.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sofyan Anif menyatakan, bantuan pengobatan untuk para korban aksi demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja pada Kamis (8/10) murni merupakan bentuk empati kampus. "Jadi kalau ada yang mengatakan itu merupakan indikasi saya yang menyuruh demo, saya rasa itu sudah terlalu jauh," kata dia di Solo, Ahad (11/10).

"Ini tidak ada hubungannya, saya selaku rektor yang punya mahasiswa dirawat, apa tidak boleh menjenguk dan mengeluarkan biaya untuk pengobatan mereka," katanya.

Baca Juga

Ia mengatakan pada saat itu mengetahui bahwa banyak mahasiswa UMS yang menjadi korban dari aksi unjuk rasa di Bundaran Kartasura karena diinformasikan oleh salah satu perwakilan dari RS PKU Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. "Pada saat itu saya ditelepon dan saya langsung ke sana. Ada sekitar 41 mahasiswa UMS yang terluka, rata-rata karena pentungan dan sepatu. Saat ini mereka sudah diperbolehkan pulang," katanya.

Selain untuk menjenguk, kedatangannya ke rumah sakit juga bertujuan memberikan dukungan moral kepada mahasiswa yang melaksanakan hak demokrasi mereka secara konstitusional. Ia menilai para mahasiswa tidak berbuat anarkis dalam aksi itu sehingga perlu memperoleh dukungan dari siapapun.

"Ini bukan soal setuju atau tidak setuju dengan tujuan demo, namun lewat aksi ini mahasiswa memperoleh pengalaman berharga dalam memperjuangkan kedaulatan rakyat dan membela buruh dalam perspektif mahasiswa. Demo boleh dengan catatan aksi harus tertib," katanya.

Sementara itu, terkait dengan UU Cipta Kerja sendiri, dikatakannya, ada positif dan negatifnya. Kendati demikian, seluruh pihak tidak terkecuali mahasiswa perlu mengkaji terlebih dahulu secara detail isi dari UU Cipta Kerja tersebut.

"Saya kan bukan politikus, saya hanya mengingatkan mahasiswa jangan sampai demo tetapi tidak tahu substansinya. Pelajari dulu, tetapi kalau tidak berpihak kepada rakyat ya tugas anda (mahasiswa) untuk menyuarakan, kalau lewat DPR kadang sulit," katanya.

Namun, ia meminta kepada para mahasiswa untuk melakukan aksi demonstrasi dengan mengedepankan akhlak dan bersifat konstruktif. "Jangan sampai menimbulkan huru-hara, jangan merugikan orang lain dan mengganggu sekitar. Jangan sampai demo ini ditunggangi, karena bahaya kalau sampai itu terjadi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement