Sabtu 10 Oct 2020 07:08 WIB

Pentingnya Peran Aktif Kiai Atasi Covid-19 di Pesantren

Ponpes,diharapkan mampu memitigasi masalah yang terjadi di lingkungan pondok.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah santri antre memasuki kawasan Pondok Pesantren (ponpes) Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (4/7/2020). Tahap ke dua kedatangan santri ke ponpes terbesar se-Jawa Timur tersebut sejumlah 10 ribu santri yang dilaksanakan selama 4 hari usai libur panjang akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/hp.
Foto: ANTARA /Prasetia Fauzani
Sejumlah santri antre memasuki kawasan Pondok Pesantren (ponpes) Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (4/7/2020). Tahap ke dua kedatangan santri ke ponpes terbesar se-Jawa Timur tersebut sejumlah 10 ribu santri yang dilaksanakan selama 4 hari usai libur panjang akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/hp.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga Surabaya bersama Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat (Geliat) melibatkan pondok pesantren dalam upaya penanganan Covid-19. Setidaknya ada lima pondok pesantren besar di Jatim yang dilibatkan. Yakni Ponpes Darul Ulum, Bahrul Ulum, Mambaul Maarif, Tebu Ireng, dan Ponpes Lirboyo.

Sekretaris Pengurus Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Alissa Wahid mengatakan, kerja sama antara pondok pesantren besar dan berpengaruh di Jawa Timur dengan didampingi LPPM Unair Surabaya ini sangat penting. Karena menurutnya, pendok pesantren memiliki posisi strategis dalam upaya pencegahan penularan Covid-19.

“Ponpes sejak dahulu selalu menjadi garda terdepan dalam hal apapun. Tidak hanya masalah penanganan Covid-19. Di Indonesia ada 23 ribu ponpes yang dalam naungan Nahdlatul Ulama. Ini penting, karena dalam hal penanganan Covid-19 pesantren adalah rumah kedua bagi para santri-santrinya," kata Alissa dalam acara Webinar, Jumat (9/10).

Alissa mengingatkan, pesantren mempunyai kewajiban untuk memikirkan kemashlatan kehidupan santrinya dan keluarga santri. Sehingga, bekerja sama dengan pesantren sama artinya menjalin kerja sama dengan jutaan keluarga santrinya yang menimba ilmu di pesantren tersebut.

Pendampingan dari kalangan akademisi seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair terhadap Ponpes, diharapkan mampu memitigasi masalah yang terjadi di lingkungan pondok. Artinya, ketika ada gap antara kebiasaan kehidupan di pondok pesantren selama ini dengan pola kebiasaan baru sesuai protokol kesehatan, maka masalah tersebut bisa terselesaikan.

“Jika kebiasaan hidup di pondok selama ini memang merupakan perilaku yang berisiko, maka saya sangat berharap para kyai untuk mengingatkan para santri agar selalu menjaga jarak, mengenakan masker dan mencuci tangan dengan sabun. Saya yakin setiap Ponpes itu memiliki protokol dan punya penyelesaian yang sangat kongkrit,” kata Alissa.

Alissa menjabarkan, dalam sebuah survei yang dilakukan LKKNU kepada 599 pengurus satgas Covid-19 di pesantren di Indonesia, kumpul-kumpul di dalam atau luar kelas, tidak jaga jarak dan tanpa masker, serta pergi ke tempat umum adalah perilaku yang lazim dilakukan oleh para santri. Ini pun diakui menjadi potensi terbesar penularan Covid-19 di lingkungan pondok. 

Survei juga mendapati kenyataan, bahwa protokol kesehatan dan kebiasaan baru dianggap merepotkan oleh kalangan santri. Sehingga ini diharapkan bisa dijelaskan oleh para kyai dan pengasuh pondok pesantren kepada para santri-santri mereka, agar santri menjadi paham dan terhindar dari Covid-19. 

“Nasehat dari Kyai dan Bu Nyai pengasuh pondok, serta pengetahuan yang cukup, adalah faktor tertinggi yang bisa membuat para santri menurut, selain adanya hukuman. Anak-anak itu secara psikologis senangnya mencontoh,” kata Alissa.

Person in Charge Geliat Unair, dr. Nyoman Anita Damayanti menyebutkan, untuk mengatasi penyebaran Covid-19 di lingkungan pondok pesantren dapat dilakukan dengan menjalankan peningkatan kesehatan. Utamanya di kalangan santri dan pengasuh pondok pesantren.

“Dengan pencegahan penyakit maka kita akan bisa membantu membuat mereka tetap sehat. Itu sudah bisa kita buktikan pada pendampingan ibu hamil,” ujar Anita. 

Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, H. Abdul Mu’id Shohib menyambut baik pendampingan yang dilakukan Geliat Unair dan LPPM Unair Surabaya ini. Dia berharap, banyak ilmu pengetahuan yang bisa ditularkan dan menjadi bekal bagi santri untuk menghadapi pandemi ini.

"Tantangan pesantren bagaimana menjaga santri agar tidak terpapar Covid-19. Ini tidak ringan, karena tantangan menghadapi santri bandel jauh lebih ringan dibanding tantangan bagaimana menghadapi Covid-19,” ujar Abdul.

Ponpes berharap pendampingan seperti ini banyak dilakukan di masa-masa mendatang. Pondok pesantren menurutnya harus lebih banyak diajak belajar dan bukan malah disudutkan dengan opini-opini tanpa dasar.“Cara ini yang sangat benar, karena ponpes diajari dan diajak sharing bagaimana cara mengatasi penyebaran Covid-19 di lingkungan dalam pondok,” ujar Abdul.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement