Jumat 09 Oct 2020 17:44 WIB

Hindari Klaster Demo, Satgas di Bogor Swab Keliling Kampus

Rencana swab massal keliling kampus untuk menekan adanya klaster dari aksi demo

Rep: Shabrina Zakari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ratusan massa gabungan mahasiswa di Kota Bogor melakukan aksi unjuk rasa menolak pengesahan Undang-undang Omnibus Law di depan Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (8/10).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Ratusan massa gabungan mahasiswa di Kota Bogor melakukan aksi unjuk rasa menolak pengesahan Undang-undang Omnibus Law di depan Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tim Satgas Covid-19 Kota Bogor berencana melakukan swab massal kepada ratusan mahasiswa yang mengikuti kegiatan aksi demo penolakan pengesahan Undang-Undang Omnibus Law di Istana Kepresidenan Bogor kemarin (8/10).

Juru bicara Satgas Covid-19 Kota Bogor, Sri Nowo Retno mengungkapkan rencana swab massal ini dilakukan guna melakukan pemetaan dan menekan kemungkinan adanya klaster baru dari aksi demo.

“Itu sedang kita bahas dengan ketua gugus, dengan Bu Sekda. Saya juga khawatir dan prihatin lihat kerumunan gitu. Tadi kita bahas juga gimana antisipasi untuk pencegahan klaster demo, takutnya seperti itu,” ujar Retno kepada Republika ketika ditemui di Kantor Wali Kota Bogor, Jumat (9/10).

Selain itu, Reno mengatakan pihaknya juga merumuskan beberapa alternatif untuk melakukan swab test massal. Salah satunya dengan menyambangi kampus satu per satu. Sebab, di Kota Bogor tidak dilakukan penangkapan terhadap para demonstran seperti di daerah lainnya.

“Karena kalau kita kan tidak nangkap di-swab, yang lainnya kan kota lain kalo saya liat yang ketangkep di-rapid, reaktif. Ini sedang dirumuskan,” tuturnya.

Retno melanjutkan, jumlah ketersediaan alat swab test di Kota Bogor menurutnya masih dalam kategori aman. Bahkan ia juga mengungkapkan akan melakukan pembelian alat swab test, guna memaksimalkan tracing dan pemetaan penyebaran Covid-19 di Kota Bogor.

"Persediaan Swab kita masih cukup, dan kalau sudah menipis kita akan gunakan dana BTT. Prioritas kontak erat dan suspek itu 100 persen di-swab," kata Retno.

Sementara itu, secara terpisah Wakil Ketua Satgas Covid-19 Kota Bogor, Dedie Rachim, juga mengaku sempat khawatir dengan adanya kemunculan klaster demo di Kota Bogor. Meski demikian, dia meminta jajaran Satgas Covid-19 untuk tetap memperhatikan klaster perkantoran yang saat ini masih menjadi ancaman bagi Kota Bogor.

"Terus terang kita khawatir. Tapi dari data yg kita miliki, resiko penularan tetap dari ruangan tertutup atau AC central," ungkapnya.

Berdasarkan data Gugus Tugas Nasional (GTN), Kota Bogor saat ini masih dalam status zona merah. Penetapan zona merah tersebut berdasarkan 14 indikator, yakni 10 indikator epidemiologi, dua surveilans dan dua indikator fasilitas kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement