Jumat 09 Oct 2020 09:33 WIB

Tips Investasi di Tengah Pandemi: Obligasi dan Reksadana

Investasi di masa pandemi tetap disarankan dengan kehati-hatian tinggi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Elba Damhuri
Ilustrasi Pertumbuhan Investasi
Foto: Pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Investasi

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi corona memberikan dampak besar terhadap ekonomi termasuk dalam hal investasi. Banyak perusahaan dan individu yang menyimpan dananya daripada membelanjakannya untuk konsumsi.

Meski demikian, investasi tetap penting ketimbang uang disimpan di tabungan. Mana saja produk investasi yang bisa diambil saat pandemi ini?

Head of  Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan dalam situasi seperti ini, reksadana dan  pasar obligasi menjadi alternatif investasi yang relatif aman dan menguntungkan. 

Investor harus memastikan portfolio investasi telah terdiversifikasi dengan baik sesuai dengan profil  risiko masing-masing. 

"Di tengah ketidakpastian yang tinggi, diversifkasi portofolio investasi dapat menurunkan risiko terhadap investasi," ujar Ivan, Kamis (8/10).

Agar dapat berinvestasi dengan nyaman terutama saat  pergerakan market bergerak secara volatile, untuk investor yang memiliki profil risiko balanced/berimbang, porsi diversifikasi investasi yang  bijak untuk diterapkan adalah di kelas aset saham dan kelas aset pendapatan tetap/obligasi.  

Untuk kelas aset saham, investor dapat fokus pada reksadana dengan strategi  investasi big cap/saham berkapitalisasi besar. Underlying dari reksa dana  ini umumnya akan lebih baik menghadapi goncangan pergerakan market.

Selain  itu, untuk investor dengan profil risiko moderat dapat menempatkan investasinya dengan porsi di reksadana saham 15 persen, reksadana pendapatan tetap atau obligasi 30 persen, dan reksadana pasar uang  55 persen.

Investor dengan profil risiko growth dapat menempatkan investasinya dengan  porsi di reksa dana saham 60 persen, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi 20 persen, dan reksa dana pasar uang 20 persen.

Selain reksa dana, menurut Ivan, instrumen investasi yang saat ini menarik  untuk dilirik adalah obligasi pemerintah yang baru diluncurkan Kementerian  Keuangan, ORI018. Saat ini pasar obligasi Indonesia menawarkan tingkat real yield yang cukup atraktif yakni di sekitar 5,5 persen, cukup atraktif jika  dibandingkan dengan negara emerging market lainnya seperti Thailand di sekitar 1,9 persen dan Malaysia di kisaran 4,0 persen.

Obligasi merupakan surat utang yang berisi janji dari penerbit surat utang untuk membayar sejumlah imbalan berupa bunga dalam suatu periode  tertentu. Obligasi memberikan tiga keuntungan  bagi investor.

Pertama, investor akan mendapatkan kupon secara berkala, yang  tingkat kuponnya biasanya lebih tinggi dari bunga deposito. Banyak faktor  yang dapat mempengaruhi tingkat kupon seperti kredibilitas penerbit, jangka  waktu obligasi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga acuan, dan sebagainya. 

Kedua, berpotensi memperoleh capital gain, jika obligasi tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Ketiga, risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen saham. Harga  obligasi  di  pasar  sekunder  cenderung memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan instrumen saham.  

Bahkan untuk obligasi yang diterbitkan pemerintah para pelaku pasar sepakat  bahwa instrumen tersebut merupakan instrumen yang bebas risiko alias risk  free. "Obligasi negara dengan tenor pendek menjadi pilihan yang menarik  karena relatif tidak mengalami volatilitas," kata  Ivan.

Pemerintah Indonesia melalui  Kementerian  Keuangan kembali menawarkan  ORI  kepada masyarakat  dengan seri ORI018 sebagai alternatif investasi yang aman, mudah, terjangkau  dan  menguntungkan. Dilansir  dari laman ORI018,  Kementerian  Keuangan  menyebutkan  pemerintah  mengajak  publik  untuk  terlibat  dalam program  pemulihan  ekonomi dan  pembangunan  nasional dan  bersama-sama  menjaga masa depan  Indonesia pasca-pandemi  Covid-19. 

Jadi, mau investasi jenis apa?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement