Rabu 07 Oct 2020 12:29 WIB

Bank of Japan: Penurunan Ekonomi Asia Lebih Moderat

Asia harus bisa mengatasi tantangannya untuk capai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Gubernur Bank of Japan (Bank Sentral Jepang) Haruhiko Kuroda
Foto: Kyodo News via AP
Gubernur Bank of Japan (Bank Sentral Jepang) Haruhiko Kuroda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank of Japan (BoJ), Haruhiko Kuroda, mengatakan kondisi ekonomi negara-negara di kawasan Asia mulai membaik, meski masih pertumbuhannya masih turun. Dibanding kawasan lain, Kuroda menyebut, penurunan ekonomi Asia cukup moderat. 

Secara jangka panjang, Kuroda menyampaikan, Asia harus bisa mengatasi tantangannya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. "Kunci mencapai tujuan ini adalah bekerja untuk mewujudkan ekonomi inklusif, hijau, dan digital," kata Kuroda dikutip Reuters, Rabu (7/10).

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi global merosot cukup dalam. Sebagai salah satu negara maju, Jepang juga turut menghadapi prospek ketidakpastian ekonomi. 

Meski demikian, Kuroda optimistis, Jepang yang merupakan negara dengam ekonomi terbesar ketiga di dunia bisa bertahan menghadapi dampak pandemi. Menurutnya, Jepang kemungkinan bisa bergerak menuju pemulihan yang moderat.

 

Kuroda mengatakan, bank sentral siap mempertahankan berbagai langkah yang diberlakukan untuk membantu dunia usaha menghadapi permasalahan pendanaan. BoJ juga siap menambah dukungan moneter jika diperlukan untuk meredam pukulan ekonomi dari krisis kesehatan.

"Kami akan memantau secara dekat dampak pandemi pada ekonomi dan pasar, dan tidak akan ragu untuk mengambil langkah pelonggaran tambahan jika diperlukan," kata Kuroda.

Jepang mengalami kemerosotan ekonomi terbesar dalam sejarah pada kuartal kedua kedua tahun ini. Penurunan tersebut disebabkan karena langkah-langkah antisipasi pandemi yang diambil melumpuhkan angka permintaan. 

Analis memperkirakan ekonomi Jepang masih berpotensi rebound. Namun, kenaikan tidak akan signifikan karena adanya kekhawatiran terhadap munculnya gelombang kedua pandemi Covid-19. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement