Rabu 07 Oct 2020 07:49 WIB

RSUD Kota Bogor Lakukan Pengadaan Obat dan Alat

Pengadaan obat dan alat untuk menekan angka kematian pasien Covid-19.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir (kanan) dan Wali Kota Bogor dan unsur Muspida Kota Bogor
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Direktur RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir (kanan) dan Wali Kota Bogor dan unsur Muspida Kota Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Angka kematian pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor sudah menyentuh angka 12,5 persen, yakni dari 968 pasien yang dirawat dari awal pandemi, ada 123 pasien Covid-19 yang meninggal. Maka dari itu, pihak RSUD Kota Bogor akan meningkatkan obat-obatan dan melakukan pengadaan alat.

"Kita ada protap dari Kemenkes kita pakai, tetapi kan ilmu berkembang. Jadi untuk menekan angka kematian ada beberapa obat yang harus kita beli dan alat yang harus diadakan," kata Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Bogor, Ilham Chaidir kepada Republika.co.id, Selasa (6/10).

Baca Juga

Ilham menjelaskan, obat yang akan dibeli dan alat yang akan didatangkan oleh RSUD Kota Bogor di antaranya adalah High Flow Nasal Cannula (HFNC), D-Dimer, dan Gamaras. HFNC sendiri dikatakan Ilham sangat vital untuk menekan angka kematian.

Apalagi keadaan pasien Covid-19 yang dirujuk ke RSUD Kota Bogor sebagian besar datang sudah dalam keadaan buruk. Baik pasien yang berasal dari Kota Bogor maupun Kabupaten Bogor.

"Yang paling penting adalah pemakaian HNFC itu di RS lain ternyata sangat vital untuk menekan angka kematian. Alat itu memaksa oksigen tekanan tinggi sehingga sampai ke paru-paru kan tersumbat sama dahak. Jadi kita perlu adakan alat itu," ungkapnya.

Ilham merincikan, harga dari satu alat HNFC tersebut mencapai Rp 125 juta. Sementara, untuk obat Gamaras bisa menelan biaya Rp 186 juta untuk satu pasien Covid-19. Obat tersebut dikatakan Ilham tidak di-cover oleh BPJS Kesehatan.

“Makanya itu memang harus berdasarkan skala prioritas. Memanage supaya kapan kita memakai ini, memakai itu, dan sebagainya. Itu benar-benar pada skala prioritas,” tuturnya.

Lebih lanjut, Ilham sendiri belum bisa memperkirakan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan obat dan alat ini. Namun Ilham menegaskan bahwa pengadaan ini harus dilakukan secepatnya dengan menggunakan BTT tentunya dengan perencanaan yang detail.

"Jadi kita masih kaji dulu berdasarkan skala prioritas oleh tim Covid internal. Kemudian baru nanti kita pendampingan, pengadaan dengan pendampingan dari APH, Kejaksaan, inspektorat," pungkasnya.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement