Rabu 07 Oct 2020 05:50 WIB

Buruh Mogok Kerja, KSPSI Banten: Intinya Setop Produksi

Jika aksi tanggal 6 dan 7 tak didengar, buruh se-Banten gelar aksi di Istana Negara.

Rep: Eva Rianti/ Red: Erik Purnama Putra
Massa serikat buruh melakukan aksi mogok kerja nasional di kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (6/10).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa serikat buruh melakukan aksi mogok kerja nasional di kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (6/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Ketua Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi Banten, Dedi Sudrajat menyampaikan, para buruh di Banten pada Selasa (6/10), menggelar aksi mogok kerja. Agenda inti dari aksi tersebut adalah menghentikan aktivitas produksi di sejumlah pabrik.

“Seluruh anggota kita yang ada di pabrik mematikan (aktivitas) produksi atau setop mesin, lalu keluar pabrik, dan kita berjemur di luar pabrik. Sebagian berjalan kaki ke jalan raya terdekat. Intinya adalah setop produksi hari ini,” kata Dedi saat dihubungi Republika, Selasa (6/10).

Aksi tersebut berlangsung selama 10 jam, yakni sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Adapun, titik-titik lokasi aksi berada di seluruh pabrik se-Banten. Salah satu yang terbanyak adalah di Kota Tangerang yang memang merupakan kawasan industri dengan jumlah ribuan pabrik.

“Lokasi aksinya di pabrik masing-masing. Jumlah industrinya kalau di Kota Tangerang kan hampir 2.500 lebih pabrik. Dan tadi mereka melakukan itu bersama-sama semua,” terang Dedi.

Hingga saat ini, Dedi menuturkan, pihaknya masih belum mendapatkan respons dari pihak manapun. Aksi mogok kerja tersebut, kata dia, akan berlanjut hingga pada Rabu (7/10). “Iya sampai dua hari,” jelasnya.

Dedi mengatakan, aksi yang berlangsung pada Selasa, berjalan dengan lancar dan aman. Untuk aksi pada Rabu, pihaknya ingin memastikan tetap berjalan dengan aman, serta yang terpenting pesan para buruh dalam aksi tersebut bisa tersampaikan.

“(Aksi mogok kerjanya) aman. Kita hanya memastikan setop produksi saja. Karena itu kan bisa mematikan roda perekonomian,” tuturnya. Dia menyampaikan harapan, manajemen perusahaan atau pengusaha bisa ikut bersuara tentang kondisi prihatinnya nasib para buruh.

Dedi menambahkan, apabila aspirasi mereka tetap tidak didengar dan diterima oleh pihak pemerintah maupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), para buruh bakal menggelar aksi besar-besaran pada Kamis (8/10). “Kalau (aksi) tanggal 6 dan 7 (Oktober 2020) tidak didengar, maka tanggal 8 (Oktober 2020) kita aksi ke Istana Negara. Sudah pasti,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement