Selasa 06 Oct 2020 22:53 WIB

Kiat Bank Syariah Agar Bertahan di Masa Pandemi

Keberadaan perbankan syariah di lantai bursa dapat menjadi solusi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kiat Bank Syariah untuk Bertahan di Masa Pandemi. Gedung BRI Syariah ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Kiat Bank Syariah untuk Bertahan di Masa Pandemi. Gedung BRI Syariah ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kinerja BRI Syariah masih mencatat pertumbuhan meski di tengah pandemi. Hingga Agustus lalu BRI Syariah berhasil mencatat kenaikan perolehan laba bersih sebesar 158,46 persen secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp 168 miliar.

"Kita masih memiliki ruang tumbuh besar untuk menggarap sektor-sektor yang sekarang masih dipegang bank konvensional," kata Direktur Operasional BRIsyariah Fahmi Subandi menyampaikan, kinerja BRI Syariah sebagai emiten di pasar modal syariah masih tetap terjaga dan mengalami tren kenaikan di zona hijau, Selasa (6/10).

Salah satu cara yang bisa ditempuh perbankan syariah untuk mewujudkan potensi tersebut adalah memberanikan diri untuk melantai di pasar modal syariah. Keberadaan perbankan syariah di lantai bursa dapat menjadi solusi untuk memperbesar struktur permodalan dan pendanaan, yang berujung pada meningkatnya kinerja perusahaan kedepannya.

Ia mengajak seluruh pelaku industri keuangan syariah, khususnya perbankan untuk segera mengikuti jejak BRI Syariah melantai di bursa. Diferensiasi sumber pendanaan dengan memanfaatkan keberadaan pasar modal syariah menjadi hal penting yang harus dilakukan, agar perbaikan tata kelola bisa lebih baik lagi dilakukan perbankan syariah.

 

"Dengan masuk bursa memberi pengalaman kami untuk memperbaiki struktur permodalan, tata kelola perusahaan, dan meningkatkan value perusahaan," katanya.

BRI Syariah merasakan kesuksesan setelah melantai di bursa. Sejak melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham pada 2018, BRIsyariah mencatat peningkatan kinerja yang positif dan di atas rata-rata.

"Pertumbuhan nilai aset, pembiayaan, kecukupan modal atau Capital Adequacy Rasio (CAR) hingga pendanaan murah (CASA) BRIsyariah sejak 2018 selalu di atas raihan sebelum bank ini melantai di bursa," katanya.

Kenaikan berkesinambungan ini juga tetap terjadi selama pandemi Covid-19. Nilai aset sebelum IPO tumbuh rata-rata 14 persen dalam kurun tiga tahun ke belakang. Pasca IPO nilai pertumbuhannya 16 persen lebih. Pembiayaan yang sebelumnya tumbuh rata-rata satu digit sekarang bisa dua digit secara tahunan. "Komposisi dana murah kami juga tumbuh dari sebelumnya 30 persen sekarang menjadi lebih dari 50 persen. Ini bermanfaat karena peningkatan CASA menandakan efisiensi yang tumbuh dari penurunan biaya dana," katanya.

Pertumbuhan industri keuangan dan pasar modal syariah di Indonesia tetap positif di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19. Hal itu terlihat dari dominasi pasar saham syariah pada sisi volume, frekuensi, dan nilai transaksi.

Hingga awal Oktober 2020, nilai transaksi saham-saham syariah di pasar modal Indonesia mencapai Rp 3.953 miliar, setara 64,31 persen dari nilai total transaksi yakni Rp 6.146 miliar. Capaian tersebut menunjukkan besarnya daya tahan dan potensi perkembangan industri keuangan dan pasar modal syariah di Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement