Selasa 06 Oct 2020 16:59 WIB

Ada UU Ciptaker, Kemenkeu Proyeksi Ekonomi Tumbuh Positif

Kemenkeu memproyeksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 0,6 persen di akhir tahun ini.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kementerian Keuangan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020, tumbuh negatif sekitar 1,7 hingga 0,6 persen. Pandemi virus Covid-19 menjadi penyebab utamanya, yang berdampak berbagai sendi perekonomian.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan saat ini berbagai upaya yang diambil pemerintah arahnya sudah semakin baik dibanding yang terjadi pada kuartal dua yang mencapai minus 5,3 persen. Pada kuartal tiga diproyeksikan akan menjadi lebih baik, meskipun pertumbuhannya masih tumbuh negatif yakni minus 2,9 hingga -satu persen.  

Baca Juga

"Kasus Covid-19 terus bertambah, memberi resiko pada perekonomian. Pada akhir kuartal tahun ini akan menjadi lebih baik lagi berkisar antara -1,7 hingga 0,6 persen. Arah pertumbuhan perekonomian Indonesia sudah menjadi semakin baik," ujarnya kepada wartawan, Selasa (6/10).

Menurutnya pertumbuhan perekonomian Indonesia masih lebih baik daripada negara-negara lain yang mengalami kontraksi ekonomi lebih dalam hingga mencapai minus belasan persen. Kontraksi perekonomian yang dialami India bahkan mencapai angka minus 24 persen.  

"Kita lebih baik dibandingkan dengan negara India yang mengalami kontraksi sangat dalam," ucapnya.   

Febrio menyebut Covid-19 telah menyebabkan perekonomian di banyak negara terkontraksi lebih dalam daripada peristiwa krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2009. Kala itu, pertumbuhan global hanya mencapai minus 3,3 persen, sedangkan akibat dari pandemi pada tahun ini perekonomian global terkontraksi mencapai minus 8,0 persen.

"Ancaman resesi tidak hanya di Indonesia. Bank dunia memproyeksikan 92,9 persen negara di dunia akan mengalami resesi pada 2020," ucapnya.   

Akibat dari perlambatan ekonomi ini, lanjut dia, membawa dampak buruk terhadap sektor ketenagakerjaan yang membuat sekitar tiga juta orang mengalami putus hubungan kerja (PHK). Bahkan penduduk miskin menjadi lebih banyak ketika terjadi wabah global ini.

"Perlambatan ini membuat PHK sebanyak 3 juta tenaga kerja dan meningkatkan angka kemiskinan menjadi signifikan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement