Senin 05 Oct 2020 20:32 WIB

Klaster Keluarga Dominasi Kasus Baru Covid di Kota Bogor

Dari 179 kasus baru positif Covid-19 di Kota Bogor, 118 kasus dari klaster keluarga.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Andri Saubani
Anak-anak bermain di dekat mural tentang corona di Babakan Pasar, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/9). Kota Bogor hingga hari ini, Senin (5/10) masih berstatus zona merah Covid-19. (ilustrasi)
Foto: ARIF FIRMANSYAH/ANTARA
Anak-anak bermain di dekat mural tentang corona di Babakan Pasar, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/9). Kota Bogor hingga hari ini, Senin (5/10) masih berstatus zona merah Covid-19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pekan ini Kota Bogor masih berada di zona merah dengan lonjakan kasus positif sebesar 15 persen dibanding pekan lalu. Sebagian besar pasien positif Covid-19 di Kota Bogor berasal dari klaster keluarga, yang jika dibedah 32 persennya disebabkan oleh tempat kerja atau perkantoran.

Wali Kota Bogor, Bima Arya memerinci, dari 179 kasus positif Covid-19 di Kota Bogor, 118 kasus berasal dari klaster keluarga. Jika didalami, 32 persen dari klaster keluarga ini disebabkan oleh tempat kerja atau perkantoran.

Baca Juga

“Klaster pertama adalah klaster keluarga, klaster kedua tadi ada klaster perkantoran. Tetapi ketika klaster keluarga dibedah, komposisi terbesar tetap adalah tempat kerja dan luar kota,” tutur Bima dalam konferensi pers di Kantor Wali Kota Bogor, Senin (5/10).

Sementara itu, berdasarkan data yang diberikan Dinas Kesehatan Kota Bogor, 29 persen penularan berasal dari fasilitas kesehatan, 19 persen kemudian Jakarta dan dan luar kota, 4 persen dari acara keluarga, 7 persen dari transmisi lokal atau pemukiman, 2 persen dari transportasi, dan 3 persen masing-masing dari mal, kantin, dan minimarket.

“Ini menguatkan data kami sebelumnya, bahwa saat ini yg paling berbahaya adalah klaster perkantoran. Sekali lagi klaster perkantoran,” tegas Bima.

Data tersebut, kata Bima penting untuk menentukan kebijakan. Selain menerapkan protokol kesehatan, Bima mengimbau penerapan pegawai yang bekerja dari rumah atau work from home (WFH) sebesar 50 persen.

Sementara, untuk protokol kesehatan di rumah makan, restoran, dan tempat umum, dijelaskan Bima relatif sudah lebih baik. “Disiplinnya sudah lebih baik. Artinya warga berinteraksi secara terbatas, waktunya terbatas, menjaga jarak, dan tetap ada protokol kesehatan,” ujarnya.

Bima mengatakan, ke depannya Pemerintah Kota Bogor akan fokus ke klaster perkantordan dan pemukiman. RW siaga akan diperketat, serta mengetatkan disiplin protokol kesehatan di perkantoran.

Saat ini, RW di Kota Bogor dikatakan zona merah apabila ada satu kasus positif. Sementara, kelurahan dinyatakan zona merah bila 50 persen RW-nya zona merah.

“Sekarang ada enam kelurahan merah di Kota Bogor. Untuk RW-nya ada 178 RW merah di Kota Bogor. Di RW merah inilah kebijakannya dilakukan restriksi terhadap kegiatan ekonomi,” tutupnya.

Terkait dengan penanganan pasien Covid-19, Rumah Sakit PMI Kota Bogor sedang dalam proses untuk menambah fasilitas tempat tidur di ruang Penyakit Infeksi New-Emerging dan Re-Emerging (Pinere). Rencananya fasilitas tempat tidur tambahan tersebut bisa digunakan dalam waktu dekat.

Kasie Humas dan Pemasaran RS PMI Bogor, Niken Churniadita Kusumastuti mengatakan, fasilitas tempat tidur tambahan di Ruang Pinere ada 19 bed.

“Ada 19 bed, sedang dikejar finishing-nya,” kata Niken kepada Republika, Sabtu (3/10).

Niken menjelaskan, Ruang Pinere tersebut dulunya adalah Ruang Flamboyan yang terletak di lantai 3. Jika sudah selesai tahap finishing, 19 bed di Ruang Pinere bisa digunakan paling cepat pada Senin (5/10) nanti.

photo
Wali Kota Bogor Bima Arya positif kena corona - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement