Ahad 04 Oct 2020 08:40 WIB

Jokowi: Tak Perlu Sok-Sokan Lockdown

Bagi Presiden Jokowi, kesehatan masyarakat tetap jadi prioritas.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo mengklaim penanganan Covid-19 sepanjang tujuh bulan pandemi di Indonesia sudah cukup baik.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Presiden Joko Widodo mengklaim penanganan Covid-19 sepanjang tujuh bulan pandemi di Indonesia sudah cukup baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim penanganan Covid-19 sepanjang tujuh bulan pandemi di Indonesia sudah cukup baik. Kendati begitu, Presiden tidak menampik bahwa tantangan yang dihadapi memang besar.

Dalam pernyataan yang diunggah melalui media sosial, Sabtu (3/10) malam, Jokowi menjelaskan bahwa strategi pemerintah dalam menangani Covid-19 adalah mencari keseimbangan antara berbagai sektor, termasuk kesehatan dan ekonomi.

Baca Juga

Menurutnya, kesehatan masyarakat tetap menjadi prioritas. Meski begitu, memprioritaskan kesehatan tak lantas pemerintah mengabaikan ekonomi. Jokowi mengatakan mengorbankan ekonomi sepenuhnya justru mengorbankan kehidupan puluhan juta orang. Dengan begitu, Jokowi menegaskan, opsi untuk mengorbankan ekonomi ini tidak pernah diambil pemerintah.

"Saya dan seluruh jajaran pemerintah selalu berupaya mencari keseimbangan itu. Tidak perlu sok-sokan. Akan me-lockdown, me-lockdown kota, atau me-lockdown kabupaten. Karena akan mengorbankan kehidupan masyarakat. Tetapi kita tetap serius mencegah mencegah penyebaran wabah," ujar Jokowi menjelaskan.

Sebagai alternatif dari lockdown sekala besar, Jokowi memilih menggalakkan pembatasan sosial skala mikro atau mini-lockdown. Menurutnya, cara ini lebih spesifik untuk mengatasi penularan Covid-19 di area yang lebih sempit sehingga tak perlu 'membunuh' ekonomi bagi masyarakat yang lebih luas.

Dengan penanganan pandemi yang sudah berjalan tujuh bulan ini, Jokowi bahkan menganggap hasilnya tidak buruk. Bahkan Jokowi memandang langkah pemerintah selama ini sudah cukup baik dengan hasil yang juga positif.

Jokowi merujuk pada data angka kesembuhan pasien Covid-19 nasional yang terus meningkat dari bulan ke bulan. Di awal pandemi, tepatnya pada Maret 2020, rata-rata kesembuhan hanya 3,84 persen. Namun seiring dengan meluasnya testing, tracing, dan treatment, angka kesembuhannya terus naik.

Pada April tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia naik menjadi 9,79 persen. Mei naik jadi 21,97 persen, Juni 37,19 persen, Juli 49,40 persen, Agustus 67,04 persen, dan September 72,28 persen. Bahkan per 2 Oktober 2020 tingkat kesembuhan nasional mencapai 74,9 persen. Angka ini sudah melampaui angka kesembuhan dunia, 74,43 persen.

"Maka saya hanya bicara fakta. Dalam jumlah kasus dan jumlah kematian, Indonesia jauh lebih baik ketimbang negara lain dengan jumlah penduduk yang besar," kata Jokowi.

Sementara kalau dilihat dari jumlah kasusnya, Jokowi menampilkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-23 di antara negara-negara dunia. Angka kumulatif kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 295.499 orang. Sementara di posisi pertama adalah Amerika Serikat dengan 7,49 juta kasus Covid-19. Kemudian menyusul India dengan 6,39 juta kasus dan Brazil dengan 4,8 juta kasus.

Untuk angka kematian, Indonesia juga berada di peringkat ke-23 dunia dengan 10.972 orang meninggal dunia. Peringkat pertama diduduki AS dengan 212.665 kasus kematian, Brazil dengan 144.767 kasus kematian, dan India denga 99.833 kasus kematian.

"Sebaiknya kalau membandingkan ya seperti itu. Kalau Indonesia dibandingkan dengan negara-negara kecil yang penduduknya sedikit tentu perbandingan seperti itu tidak bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya," kata Jokowi.

Padahal kalau dilihat langsung pada grafik penambahan kasus harian, Indonesia sama sekali belum menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan data yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19, angka penambahan kasus harian terus menanjak. Bahkan Indonesia sudah masuk tren kasus harian di atas 4.000 orang per hari.

Sedangkan Amerika Serikat misalnya, mulai menunjukkan tren penurunan kasus harian sejak Agustus lalu. AS juga sanggup melakukan tes dengan rasio 333.407 tes per 1 juta penduduk. Angka ini jauh di atas kemampuan tes Indonesia yakni 12.584 tes per 1 juta penduduk.

Kalau dibandingkan dengan negara lainnya, kemampuan tes Indonesia memang jauh tertinggal. India misalnya, mampu melakukan 56.271 tes per 1 juta penduduk. Kemudian Brazil, mampu melakukan 84.057 tes per 1 juta penduduk. Perlu diingat, baik AS, India, dan Brazil, sama-sama memiliki populasi penduduk di atas 200 juta orang. Sama halnya dengan Indonesia yang memiliki jumlah penduduk 274 juta orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement