Ahad 04 Oct 2020 06:17 WIB

Warga Hitadipa Papua Mengungsi Pasca-penembakan Pendeta

Warga kampung Hitadipa Papua mengungsi pasca-penembakan Pendeta Yeremia

Ilustrasi: Warga Papua mengungsi.
Foto: Anadolu Agency
Ilustrasi: Warga Papua mengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amnesty International Indonesia mengatakan penduduk Kampung Hitadipa, Intan Jaya, Papua mengungsi dan meninggalkan rumah mereka pasca-kasus penembakan Pendeta Yeremia Zanambani.

Peneliti Amnesty International Indonesia Ari Pramuditya mengatakan masyarakat meninggalkan kampung karena saat ini berlangsung operasi militer di Hitadipa.

Amnesty sedang mengonfirmasi lebih lanjut berapa jumlah personel yang terlibat dalam operasi militer ini.

“Operasi militer ini menyebabkan Hitadipa kosong, masyarakat setempat meninggalkan rumah mereka dengan penuh ketakutan,” kata Ari melalui konferensi pers virtual pada Jumat, seperti dilnasir Anadolu Agency.

Menurut Ari, beberapa orang warga setempat pergi ke kabupaten terdekat yang membutuhkan waktu satu hingga dua hari dengan berjalan kaki.

“Beberapa dari mereka juga bersembunyi di hutan,” lanjut dia.

Dia melanjutkan, peristiwa ini memicu Gereja Kemah Injil Klasis Hitadipa meminta pemerintah menarik aparat agar warga bisa kembali ke rumah mereka.

Permintaan gereja disampaikan melalui surat yang diterbitkan pada 22 September 2020.

Kepala Bidang KPKC Sinode Gereja Kristen Injil (GKI) Tanah Papua, Pendeta Dora Balubun juga meminta jaminan dari pemerintah agar masyarakat bisa kembali ke kampung mereka tanpa merasa terancam.

“Para pengungsi ini harus diperhatikan, kita tidak tahu bagaimana keadaan mereka dan harus kembali seperti apa. Perlu ada jaminan dari bapak presiden supaya mereka bisa kembali,” tutur Dora.

Pendeta Yeremia tewas dengan luka tembak pada Sabtu, 19 Oktober 2020 di Kampung Hitadipa, Intan Jaya.

Polri dan TNI menuding pelaku adalah kelompok kriminal bersenjata (KKB), sedangkan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menuding pelaku penembakan adalah TNI.

Kematian Yeremia telah menimbulkan desakan untuk mengusut tuntas dari masyarakat Papua, terutama dari gereja.

Pemerintah kemudian merespons situasi ini dengan membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TPGF) untuk mengusut peristiwa tewasnya empat orang, yakni pendeta Yeremia, warga sipil bernama Badawi, dan dua anggota TNI di Intan Jaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement