Ahad 04 Oct 2020 00:00 WIB

Kebahagiaan Mantan KKB Aceh Saat Putranya Masuk TNI 

Mantan KKB Aceh merasakan bahagia saat anaknya masuk TNI.

Mantan KKB Aceh merasakan bahagia saat anaknya masuk TNI.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Mantan KKB Aceh merasakan bahagia saat anaknya masuk TNI.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH— Raut wajah bahagia pria yang beberapa tahun lalu paling dicari pasukan TNI dan Polri itu kini tak bisa disembunyikan, setelah anak sulungnya dinyatakan lulus seleksi masuk TNI Angkatan Darat (AD).

"Saya sangat bersyukur, sangat bahagia anak saya yang pertama ini bisa lulus seleksi TNI AD, ini harapan baru bagi saya,” kata pria bernama Din Minimiitu di Banda Aceh, akhir pekan lalu.

Baca Juga

Din Minimi, pemilik nama lengkap Nurdin Ismail, 41 tahun, merupakan mantan pemimpin kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Aceh pada 2013.

Buah hati Din Minimi dan Herlinawati yang lulus seleksi Sekolah Calon Bintara (Secaba) PK TNI AD Tahun 2020 itu bernama Rizki Maulana. Putra pertama dari tiga bersaudara, kelahiran 12 Oktober 2002, itu pada Senin (28/9) resmi mengikuti pendidikan Secaba di Rindam Iskandar Muda, Mata Ie, Aceh Besar.

Din merupakan warga Desa Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur. Dia tercatat sebagai mantan pimpinan KKB di Aceh Timur, yang pada 28 Desember 2015 menyerahkan diri setelah berdialog dengan Kepala Badan Intelijen Negara Letjen TNI (Purn) Sutiyoso, pada masa itu.

Dia bercerita, perjuangan putranya lulus seleksi TNI AD tidak lepas dari peran Sutiyoso dan Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 011/Lilawangsa masa itu Mayjen TNI A Daniel Chardin, yang membuka wawasannya terkait menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut Din, pada 2013 dirinya masih bergeriliya di hutan Aceh Timur dan Aceh Utara. Dia mendapat kesempatan berbicara langsung melalui sambungan selular dengan Danrem 011/Lilawangsa tersebut, yang kini menjabat sebagai Wadanpussenif Kodiklatad.

Dalam pembicaraannya, Diniel Chardin mengarahkan agar putra pertamanya itu menjadi abdi negara, baik sebagai anggota Polri atau prajurit TNI. Kala itu, kata Din, Rizki masih duduk di bangku kelas dua MTsN Julok, Aceh Timur.

"Itu disampaikan Pak Daniel saat saya masih di gunung melalui telepon. Bahkan sampai beliau (Daniel, red) juga datang ke rumah saya," kata Din.

Pascadirinya dan 120 anggotanya menyerah, Din mulai mempersiapkan putranya untuk menjadi seorang abdi negara. Hingga akhirnya menjadi alumni dari SMA Buket Seuraja Julok, Aceh Timur pada 2020, Rizki, saudara kandung dari Mahdalena dan Miranda itu telah siap untuk mendaftarkan diri menjadi prajurit TNI.

“Dia sendiri (Rizki) yang memilih ingin masuk TNI, saya hanya memberi pilihan kepada dia. Sejak turun gunung itu saya langsung membina dia, mulai dari latihan fisik, kesehatan, mental, ideologinya, saya ajari dia supaya dalam NKRI. Dibantu juga sama teman-teman Koramil," kata Din.

Bahkan, Pangdam IM Mayjen TNI Hassanudin, kata Din, juga pernah berpesan dan mengarahkan kepada dirinya agar putranya itu benar-benar dipersiapkan dengan baik, dengan harapan berhasil lulus dalam seleksi Secaba PK TNI AD.

"Kata Panglima waktu itu, apabila anak saya dipersiapkan dengan baik, semua persyaratannya baik, bagus, pasti akan lulus," kata eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu.

“Kelulusan anak saya ini harapan baru bagi saya, apalagi Panglima mengarahkan anak saya ke arah jalan yang tepat. Anak saya sudah saya serahkan untuk mengabdi kepada negara,” tutur Din, menambahkan.

Harapan sang nenek

Martini(75 tahun), ibu mertua Din Minimi, berharap cucunya Rizki Maulana yang lulus seleksi Secaba TNI AD dapat berbuat dengan adil serta menjadi pengayom masyarakat. Ia meminta cucunya itu untuk selalu berbuat baik, seperti halnya yang diajarkan dalam agama.

"Saya hanya mendukung dan mendoakan. Harapan saya semoga dia menjadi TNI yang dapat berbuat adil dan dapat menjadi pengayom masyarakat. Jangan berbuat hal menyimpang,” kata Martini, di kediamannya Desa Ladang Baro, Julok, Aceh Timur.

Dia bersyukur cucunya itu berhasil lulus seleksi Secaba TNI AD. Meskipun dalam hati kecilnya timbul rasa khawatir, karena menurutnya, menjadi TNI akan menghadapi lawan-lawan yang bersenjata.

"Saya ikut bangga cucu saya jadi TNI, tapi di sisi lain ketika mendengar nama tentara, teringat ketika konflik Aceh dulu yang berperang melawan GAM, sehingga nyawa jadi taruhan, tapi itulah sudah pilihan cucu saya,” ujarnya.

Martini menilai cucunya itu berkeinginan menjadi TNI karena ingin mengikuti jejak ayahnya untuk memanggul senjata, tetapi bukan sebagai anggota KKB, melainkan menjadi abdi negara melalui TNI AD.

"Begitu tamat SMA pada Tahun 2020 langsung mendaftar, dan Alhamdulillah diterima, dan saat ini tengah mengikuti pendidikan di Banda Aceh," ujarnya. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement