Jumat 02 Oct 2020 09:31 WIB

Kebenaran Nubuat Nabi tentang Kepemimpinan Hasan

Hasan menanggalkan kekuasaan demi mencegah terjadinya perpecahan di tengah umat Islam

Rep: Andrian Saputra/ Red: Esthi Maharani
Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: smileyandwest.ning.com
Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Ada sebuah hadits Rasulullah yang sekaligus membuktikan kebenaran nubuat beliau tentang cucunya sayidina Hassan dan masa depan umat Islam sepeninggal beliau. Hadits ini masyhur dan dalam al kutub as sittah mayoritas ahli hadits menukil hadits ini. Ketika Rasulullah sedang berada di atas mimbar, Rasulullah menunjuk ke arah Hasan seraya bersabda:

إنَّ ابني هذا سَيِّدٌ ، وإنِّي لأرجو أنْ يُصلِحَ اللهُ به بين فِئتَيْنِ مِن أُمَّتي ، ولعَصلا أن أن يصلِحَ اللهُ به بين فِئتَيْنِ مِن أُمَّتي ، ولعَبيم اللهَ أليبيم

Artinya: “Sesungguhnya putraku ini adalah sayyid (pemimpin), dengannya Allah akan mendamaikan dua kelompok yang bertikai dari umatku. Semoga Allah memperbaiki lewatnya dua kelompok besar yang bertikai,”

Sayidina Hasan adalah sosok orang mulia yang merupakan keturunan orang mulia (karim Ibnu karim), karena dia adalah cucu Rasulullah. Bahkan ketika Hasan diangkat diangkat menjadi khalifah, dengan suka rela dia kemudian menanggalkan kekuasaan demi mencegah terjadinya perpecahan di tengah umat Islam. Terbukti dengan keputusannya itu, sayidina Hasan sebagaimana disabdakan Rasulullah adalah seorang pemimpin (sayyid) dan anak pemimpin (ibnu sayyid).

Setelah Rasulullah menyampaikan hadits sabdanya, hanya butuh waktu sekitar dua puluh lima sampai tiga puluh tahun  bagi nubuat yang disampaikan Rasulullah untuk terbukti kebenarannya persis seperti yang dikatakan.

Diketahui setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib para pendukung Umayyah bin Abi Sufyan menganggap bahwa Hasan adalah penghalang bagi kekuasaan mereka. Tapi Hasan adalah seorang lelaki yang cinta damai. Oleh sebab itu, dia rela melepaskan semua haknya agar kedua kelompok besar pasukan muslim dapat berdamai. Apa yang dilakukan Hasan itu juga terbukti dapat mencegah tercetusnya fitnah besar di tengah umat Islam.

“Ketika Rasulullah memberi tahu Hasan tentang haknya, cucu beliau itu masih sangat belia. Tampaknya Hasan belum memahami apa maksud Rasulullah. Atau dengan kata lain, Hasan tidak mungkin dengan sengaja memilih tindakannya ketika dewasa karena apa yang dia dengar dari kakeknya. Rasulullah menyampaikan nubuat itu karena beliau memang mengetahui apa yang akan dilakukan cucunya. Tindakan yang dilakukan Hasan itu tentu menjadi bukti kebenaran sabda kakeknya,” jelas Fethulleh Gulen dalam bukunya Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggan Umat Manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement