Kamis 01 Oct 2020 18:00 WIB

Menkeu Harap Santri Terlibat Hilirisasi Kelapa Sawit

Pesantren dan kelapa sawit merupakan kombinasi yang penting.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). Kolaborasi pesantren dengan industri kelapa sawit dinilai prospektif untuk memberikan nilai tambah bagi kedua pihak.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). Kolaborasi pesantren dengan industri kelapa sawit dinilai prospektif untuk memberikan nilai tambah bagi kedua pihak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolaborasi pesantren dengan industri kelapa sawit dinilai prospektif untuk memberikan nilai tambah bagi kedua pihak. Menteri Keuangan RI sekaligus Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam, Sri Mulyani Indrawati mengatakan pesantren dan kelapa sawit merupakan kombinasi yang penting.

"Kalau dua ini bergabung kita harap akan menciptakan dampak yang sangat positif dan bermanfaat baik untuk pesantren maupun industri kelapa sawit itu sendiri," katanya dalam Webinar Program Santripreneur Berbasis UKMK Sawit, Kamis (1/10).

Baca Juga

Pesantren adalah lembaga pendidikan dengan jumlah lebih dari 28 ribu di seluruh Indonesia. Lembaga pendidikan sekaligus pembentukan karakter ini berpotensi melahirkan generasi yang akan memajukan Indonesia. 

Sementara itu, kelapa sawit adalah kegiatan ekonomi perkebunan yang penting bagi Indonesia, terutama ekspor. Industri kelapa sawit merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar yakni mencapai 21,4 miliar dolar AS, atau lebih dari 14 persen dari total penerimaan devisa negara dari ekspor nonmigas.

"Kita juga gunakan kelapa sawit untuk mengatasi ketergantungan minyak dan impor minyak yang makin besar melalui program biodiesel," katanya.

Selain itu, industri kelapa sawit juga digunakan sebagai bahan baku untuk sabun dan kosmetik. Sri mengatakan nilai tambah dari hilirisasi ini sangat besar, namun belum banyak berkembang seperti di negara tetangga Malaysia.

Sri mendorong agar kolaborasi santri dengan industri sawit ini memunculkan kegiatan-kegiatan hilirisasi sehingga sawit memiliki nilai tambah. Pemerintah sendiri juga fokus menciptakan nilai tambah yang makin besar dari kelapa sawit agar meningkatkan nilai ekonomi.

Selain itu, hilirisasi juga penting untuk penciptaan lapangan pekerjaan dan membangun kemandirian. Saat ini, kebun kelapa sawit di Indonesia lebih banyak dimiliki oleh petani mandiri. Pemanfaatan lahannya terbatas dan produktivitas rendah dibanding milik perusahaan besar.

"Saya harap para petani ini bisa dibantu dari segi produktivitasnya per hektar," katanya.

Demikian besarnya dimensi kelapa sawit pada kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia membawa tantangan besar. Sri berharap dimensi ini bisa membawa pada pemerataan dan kesejahteraan pembangunan masyarakat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement