Rabu 30 Sep 2020 15:08 WIB

Ironi Bangsa Palestina Kala Swedia Buat Museum Holocaust.

Swedia mendirikan museum pembantaian Yahudi, Israel kurung Palestina dalam kamp

Peringatan bagi para korban Holocaust di luar Sinagoga Agung Stockholm, 27 Januari 2019.
Foto: Timesofisreal.com
Peringatan bagi para korban Holocaust di luar Sinagoga Agung Stockholm, 27 Januari 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Perbandingan nasib bangsa Palestina dan Israel saat ini seperti bumi dan langit. Dunia kini begitu mempedulikan Israel sebagai negara Yahudi meski tanah di atasnya adalah milik bangsa Palestina. Sedangkan Palestina kini hidup tersia sebagai bangsa yang harus hidup dalam kamp tahanan layaknya bangsa Yahudi kala hidup di Eropa dalam kamp konsentrasi Jerman pada zaman Hitler, Holocoust.

Nasib gemilang bangsa Yahudi kini terbukti. Saat ini negara Swedia telah mengalokasikan 1,1 juta dolar AS untuk mempersiapkan pembukaan museum Holocaust pertama di negara itu. Ini jelas menjadi ironi yang nyata.

Seperti diberitakan laman timesofisrael.com, Kementerian Kebudayaan  Swedia pekan lalu mengatakan bahwa pemerintah memberikan uang tersebut kepada Living History Forum, sebuah badan pemerintah yang berbasis di Stockholm yang mendidik tentang Holocaust, hak asasi manusia dan toleransi.

Sebelumnya pada 2018, Swedia mengatakan pun sebenarnya sudah berencana membangun museum Holocaust dengan fokus pada para penyintas dari negara Skandinavia dan pusat yang didedikasikan untuk Raoul Wallenberg, seorang diplomat Swedia yang menyelamatkan ribuan orang Yahudi Hongaria selama Holocaust.

Raoul Wallenberg (photo credit: Wikimedia Commons)

Keterangan foto: Raoul Wallenberg (sumber foto: Wikimedia Commons)

Banyak detail museum, termasuk kapan akan dibuka, lokasinya dan apakah akan beroperasi sebagai lembaga pemerintah independen, masih belum diputuskan. Anggota parlemen memperdebatkan apakah museum harus berlokasi di ibu kota, Stockholm, atau di Malmö, kota yang telah mengalami anti-Semitisme yang intens dalam beberapa tahun terakhir.

"Holocaust adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang tak tertandingi dalam sejarah kita. Memori dan pelajarannya harus terus dijaga dan dikomunikasikan. Hal serupa tidak akan pernah terjadi lagi," kata Kementerian Kebudayaan Swedia dalam pernyataannya.agi. "

Uang tersebut akan digunakan untuk mengumpulkan dokumen dan mewawancarai korban selamat Holocaust untuk membuat pameran museum.

Seperti tercatat dalam sejarah, umat Yahudi yang menjadi diospora ke seluruh dunia sejak nabi Musa membawanya ke Mesir dari kawasan yang kini disebut Yerusalem. Dalam sejarah paling mutakhir, terutama pada awal tahun 1900-1945 bangsa dan umat Yahudi memang tersia-sia hidup di Eropa. Mereka jadi sasaran kebencian yang tidak jelas oleh bangsa yang tinggal di benua itu atas nama supremasi kulit putih. Mereka dikejar-kejar untuk dimusnahkan. Mereka dipersekusi dengan tuduhan manusia kotor, penghisap ekonomi, dan tak beradab serta tak sesuai dengan kultur kulit putih Eropa.

Tembok Baru Israel Membuat Keluarga Palestina di Tepi Barat Terkucil

Keterangan foto: Pagar tembok yang di bangun Israel yang dibuat untuk mengurung orang Palestina di Tepi Barat. Kawasan ini mengingatkan gambaran serupa kala zaman orang Yahudi hidup di kamp konsentrasi Jerman di Eropa pada waktu perang dunia II.

Tapi keadaan ini  berbalik seiring dengan kemenangan sekutu atas Jerman. Kala itu dengan dipelopori perdana menteri Inggris Wilson Churchil memberikan sebuah wilayah --awalnya akan diberikan di sebuah wilayah di sekitar Amerika Latin -- yang kini disebut Israel bagi bangsa Yahudi. Celakanya di sana ada orang Palestina. Dan barat tak mengindahkan dan kemudian menyetujui aneksasi wilayah itu karena tunduk pada gerakan kembali ke tanah perjanjian yang mengambil nama sebuah gunung di Jerusalem (Zion). Gerakan inilah yang disebut Zionisme. Klaim  gerakan ini adalah tanah Israel itu batasnya di sebelah barat laut di kawasan Israel hingga ke timur yakni di sekitar sungai Eufrat dan Tigris di kawasan Irak.

Dari sanalah kemudian meletupkan berbagai perang hingga kini. Bangsa Palestina yang ikut blok Jerman demi mendapat kemerdekaan dengan terbebas dari kolonialisme Eropa (sekutu) pada waktu perang dunia II nasibnya pun tragis. Setapak demi setapak melalui wilayahnya pun hilang. Nasibnya pun kini tragis sama dengan nasib bangsa Yahudi di zaman Hitler: hidup dalam kamp pengungsian yang terkurung dalam pagar di kawasan tanahnya sendiri yang kini disebut wilayah Tepi Barat itu.

Jadi bila kini di Swedia akan mendirikan museum Holocaust bagi bangsa Yahudi, maka ini merupakan ironi bagi bangsa Palestina. Apa yang dahulu dialaminya kini dipraktikan kala Israel sudah berwujud menjadi sebuah negara.

Dan bila kemudian mengacu pada sejarah, antara umat Yahudi dan Islam di masa lalu masa Kesultanan atau Kekhalifahan Islam bisa hidup bersama dengan rukun. Bahkan dalam masa kesultanan Abassiyah dan Ottoman, warga Yahudi adalah menjadi salah satu tulang punggung kekuasaan ini. Mereka baru dipersekusi dengan habis-habisan kala terjadinya penaklukan Kesultanan Abasiyah oleh kerajaan Eropa dalam perang Salib. Kala itu ada perintah dari raja dan Paus, bahwa orang Yahudi dan Muslim harus meninggalkan negara itu kalau tidak ingin dihukum bunuh dan mengganti agamanya.

Kala itu secara besar-besaran warga Yahudi pergi ke kekuasaan Ottoman yang baru saja mulai eksis. Dan sampai hari ini satu-satunya negara yang berpenduduk mayoritas Muslim yang selalu punya hubungan diplomatik dengan Israel adalah Turki. Warga Yahudi bebas menjalankan aktivitas sosial dan agamanya. Sinagog banyak berdiri di negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement