Rabu 30 Sep 2020 09:10 WIB

Pandemi Kerek Investasi, SR013 Laku Terjual Rp 25,6 Triliun

Hingga September 2020, Pemerintah telah menerbitkan sebanyak 4 Instrumen SBN Ritel.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Sukuk Ritel
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Sukuk Ritel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Pembiayaan Syariah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat total volume pemesanan pembelian sukuk negara SR013 yang telah ditetapkan adalah sebesar Rp 25,6 triliun. Jumlah tersebut jauh melebihi target awal yakni Rp 5 triliun.

Sampai dengan bulan September 2020, Pemerintah telah menerbitkan sebanyak 4 Instrumen SBN Ritel (SBR009,SR012,ORI017 dan SR013) dengan total nominal penerbitan mencapai Rp 58,39 triliun. Penerbitan Instrumen SBN Ritel tersebut merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk memperdalam pasar keuangan domestik serta memperluas basis investor, khususnya investor ritel.

Baca Juga

"Besarnya penjualan SR013 menunjukkan bahwa di tengah kondisi pandemi yang belum ada kepastian kapan selesainya, minat investor ritel terhadap instrumen SBN masih sangat tinggi," tertulis dalam keterangan pers DJPPR Kemenkeu.

Setelmen akan dilaksanakan pada hari ini, Rabu (30/9) dan dicatatkan di PT. Bursa Efek Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2020. Namun demikian, perdagangan di pasar sekunder baru dapat dilakukan pada tanggal 11 Desember 2020 karena SR013 memiliki minimum //holding period// sampai dengan dua periode imbalan.

Penjualan SR013 telah menjangkau 44.803 investor di seluruh provinsi di Indonesia dan berhasil meraih capaian penjualan terbesar dan investor terbanyak sepanjang penerbitan SBN Ritel Online sejak tahun 2018. Investor Baru tercatat sebanyak 16.234 atau 36,23 persen dari total investor, dengan jumlah terbesar sebesad 44,92 persen berasal dari Investor Milenial.

Generasi  Milenial juga mendominasi jumlah investor terbanyak sebesar 16.392 orang atau 36,59 persen. Dalam menyikapi kondisi pandemi, telah dilakukan inovasi dalam melakukan kegiatan marketing antara lain virtual launching, webinar, dan IG Live dengan melakukan sinergi yang kuat antara tim Kemenkeu melibatkan kantor vertikal di daerah dan perwakilan di luar negeri.

Bersama dengan tim marketing Midis, SR013 dipasarkan secara masif ke hampir seluruh daerah di Indonesia dan luar negeri seperti Abu Dhabi, Tokyo dan Australia. Faktor positif yang berpengaruh terhadap besarnya penjualan SR013, antara lain imbalan yang masih cukup menarik meskipun lebih rendah dari kupon SR012 dan ORI017.

Selain itu, proses pembelian mudah dan merupakan produk investasi yang aman, likuid serta memiliki basis investor luas. Banyak masyarakat yang diperkirakan memiliki dana idle karena PSBB sehingga spending menurun yang memerlukan instrumen investasi yang aman dan likuid. Adanya SBR004 yang jatuh tempo pada tanggal 20 September 2020 juga mendukung perpindahan ke SR013.

Rata-rata volume pemesanan SR013 sebesar Rp 572,86 juta dengan volume pemesanan terbanyak dengan nominal di atas Rp 1 miliar yakni 59,73 persen. Jumlah Investor Generasi Z atau di bawah 19 tahun yang berinvestasi pada SR013 sebanyak 291 investor sejumlah Rp126,14 miliar atau rata-rata pembelian sebesar Rp 433,48 juta.

Jumlah investor Gen Z dalam SR013 jauh lebih tinggi dibandingkan SR012 yang hanya 88 investor. Profesi Pegawai Swasta mendominasi jumlah investor yaitu sebanyak 14.753 investor atau 32,93 persen dengan volume pemesanan sebesar Rp 5,55 triliun.

Profesi Wiraswasta mendominasi volume pemesanan yaitu sebesar Rp 12,19 triliun atau 47,51 persen dengan jumlah investor sebanyak 14.104 investor atau 31,48 persen.

Midis dengan realisasi nominal penjualan terbesar untuk kategori bank konvensional diraih oleh PT Bank Central Asia, Tbk sebesar (Rp 4,09triliun), kategori bank syariah diraih oleh Bank Syariah Mandiri sebesar Rp 436,60miliar, kategori perusahaan efek diraih oleh PT Trimegah Sekuritas Indonesia, Tbk sebesar Rp 156,39 miliar, dan kategori Fintech diraih oleh PT Bareksa Portal Investasi sebesar Rp 61,68 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement