Selasa 29 Sep 2020 17:18 WIB

Abu Zayd Al-Balkhi Kenalkan Konsep Kesehatan Mental

Abu Zayd Al-Balkhi Kenalkan Konsep Kesehatan Mental di Abad ke-9

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Kesehatan mental (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Kesehatan mental (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Zayd al-Balkhi adalah seorang polymath Muslim abad ke-9. Tulisannya banyak menyentuh berbagai bidang seperti geografi, kedokteran, filsafat, teologi, politik, puisi, etika, sosiologi, tata bahasa, sastra, dan astronomi.

Ia lahir di tahun 849 M (235 H) di desa Shamisitiyan, di Provinsi Balkh, Persia atau yang sekarang menjadi bagian dari Afghanistan. Dia menulis lebih dari 60 buku dan manuskrip. Sayangnya, sebagian besar dokumen yang ditulisnya telah hilang selama bertahun-tahun. Hanya sebagian kecil dari karyanya yang tersisa di era modern.

Karya Al-Balkhi yang paling terkenal adalah Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Rezeki untuk Tubuh dan Jiwa). Dalam naskah monumental ini, Al-Balkhi membahas kesehatan fisik dan juga menyelidiki bidang kejiwaan. Karyanya ini kemudian banyak diminati di dunia kontemporer terutama karena wawasan karya tersebut di bidang psikologi.

"Jika Nafs (jiwa) menjadi sakit, tubuh mungkin juga tidak menemukan kegembiraan dalam hidup dengan perkembangan penyakit fisik," kata Al-Bakhi.

Di era saat ini, penyakit psikologis seringkali dianggap tabu bahkan menjadi sangat memalukan. Karena kebanyakan orang yang mengalami penyakit psikologis menganggap diri mereka tidak normal, tidak biasa, dan sama sekali tidak wajar sehingga, proses terapi dibutuhkan untuk menormalkan penyakit tersebut.

"Dengan menormalkan penyakitnya, klien dapat mulai berhenti menganggap label seperti ini pada dirinya sendiri," kata Al-Balkhi dalam tulisannya yang berumur lebih dari satu milenium lalu. Al-Balkhi menulis untuk menormalkan penderitaan psikologis bagi pembacanya seperti dilansir dari About Islam, Selasa (29/9).

Al-Balkhi membuat hubungan yang sekarang tersebar luas dan diterima antara pikiran dan tubuh, dengan kesehatan masing-masing memiliki konsekuensi yang signifikan di sisi lain.

“Ketika tubuh sakit, itu akan menghalangi pembelajaran (dan aktivitas mental lainnya), atau melakukan tugas dengan cara yang benar. Dan ketika jiwa menderita, tubuh akan kehilangan kemampuan alaminya untuk menikmati kesenangan dan akan menemukan hidupnya menjadi tertekan dan terganggu," kata Al-Balkhi.

Al-Balkhi juga mengungkapkan tentang realitas penyakit psikosomatis, di mana penyakit psikologis dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh. Temuan ini kemudian dibahas dalam karya dokter Persia Haly Abbas.

Dalam pembahasan mengenai penyakit psikologis ini, Al-Balkhi juga membahas metode penyembuhannya. Yakni dengan menganjurkan penggunaan terapi bicara, yang digunakan untuk mengubah pikiran individu dan mengarah pada perbaikan yang diinginkan dalam perilaku mereka.

Inilah yang kemudian disebut dengan gagasan psikoterapi, berbicara dengan lembut dan membawa kembali kebahagiaan. Al-Balkhi juga menganjurkan terapi musik dan aktivitas lain yang mungkin menghangatkan keadaan psikologis seseorang.

"Saat menjangkau pembaca yang cemas atau takut, Al-Balkhi menganjurkan penggunaan self-talk positif yang ditujukan untuk menenangkan pola pikir individu dan mengatasi rasa takut seseorang," kata Al-Bakhi.

Al-Balkhi menambahkan, bahwa penyebab depresi bisa dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Pertama depresi yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau keadaan, dan depresi yang merupakan akibat dari faktor biokimia internal, atau disebut depresi organik.

"Pikiran menjengkelkan yang tidak nyata. Pikiran ini menghalangi menikmati hidup, dan melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka mempengaruhi konsentrasi dan mengganggu kemampuan untuk melakukan tugas yang berbeda. Individu yang terkena menjadi sibuk dengan pikiran menakutkan dan mengharapkan kejadian ini kapan saja," kata Al-Bakhi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement