Selasa 29 Sep 2020 12:19 WIB
Cerita di Balik Berita

Mengais Berkas Kematian Wartawan Udin Bernas di Tong Sampah

Wartawan Bernas, Udin meninggal usai dipukul di rumahnya oleh orang tak dikenal.

Kasus pembunuhan wartawan udin bernas
Foto: antara
Kasus pembunuhan wartawan udin bernas

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Eko Widiyatno, Jurnalis Republika

Ini cerita lama yang sampai sekarang belum juga terungkap fakta sebenarnya. Cerita tentang kematian wartawan Harian Bernas Yogyakarta, Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin sekitar tahun 1996.

Baca Juga

Secara pribadi, saya tidak mengenal almarhum semasa hidup. Mungkin sesekali bertemu pada saat liputan di Bantul. Namun karena tidak kenal, saya pun tidak pernah tahu wartawan yang namanya Udin.

Sebagai wartawan Republika yang ditempatkan di Yogyakarta, fokus liputan saya sehari-hari lebih sering di wilayah Kota Yogyakarta. Hanya sesekali ke Bantul, Sleman, Gunung Kidul dan daerah sekitarnya, bila memang ada hal-hal yang perlu diliput atau ditugaskan redaksi.

Sedangkan almarhum Udin, merupakan wartawan Bernas. Media lokal yang berkantor pusat di Yogya. Oleh redaksinya, almarhum Udin ditugaskan untuk meliput berita di wilayah Bantul yang memang merupakan daerah tempat tinggalnya.

Nama almarhum Udin, justru lebih akrab setelah almarhum meninggal dunia. Dari penuturan teman-teman wartawan di Yogya, almarhum memiliki perawakan agak besar. Sehari-hari sering melakukan liputan dengan menggunakan sepeda motor Honda Tiger. Sepeda motor yang pada masa itu berharga cukup mahal.

Sebagaimana diketahui, kematian Udin hingga kini masih 'gelap'. Dwi Sumaji alias Iwi, warga Sleman yang dituduh melakukan pembunuhan Udin oleh penyidik Polwil Yogyakarta (pada masa itu masih Polwil, belum menjadi Polda), tidak terbukti melakukan pembunuhan itu.

Wartawan Udin, meninggal pada Agustus 1996. Rumahnya, didatangi orang tak dikenal pada sekitar tengah malam, saat hampir semua orang sudah terlelap.

Jangan bayangkan kondisi Bantul pada masa itu seperti saat ini. Bantul tahun 1996, masih merupakan daerah tertinggal. Lampu-lampu penerangan jalan masih sangat minim. Menjelang Isya, kondisi jalan-jalan di Kota Bantul menjadi sangat sepi.

Pada saat seperti itulah, pintu rumah Udin diketuk orang misterius yang tak diketahui hingga kini. Udin yang saat itu telah lelap terbangun, dan membuka pintu dan menerima mereka di ruang tamu. Istrinya, yang ikut terbangun membuatkan teh bagi tamunya.

Namun, hanya sekejap mereka berbicang, tamu Udin tersebut langsung memukul kepala Udin hingga jatuh tersungkur. Istrinya, Marsiyem yang sedang berada di dapur, tidak mengetahui ada kejadian itu. Dia hanya tahu, suaminya sudah tergeletak di ruang tamu dengan bagian kepala dan bagian telinga mengeluarkan darah.

Keluarga dan tetangga Udin, langsung membawa Udin ke rumah sakit terdekat. Namun mengingat kondisi Udin yang cukup parah, Udin dirujuk ke RS Bethesda Yogyakarta. Sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit tersebut dalam kondisi koma, Udin akhirnya meninggal dunia.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement