Selasa 29 Sep 2020 06:49 WIB

Macron Dorong Eropa Kerja Sama dengan Rusia

Macron mencoba menunjukan sinyal kuat kembali untuk merangkul Rusia

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Presiden Prancis Emmanuel Macron mencoba menunjukan sinyal kuat kembali untuk merangkul Rusia. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/MURTAJA LATEEF
Presiden Prancis Emmanuel Macron mencoba menunjukan sinyal kuat kembali untuk merangkul Rusia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, VILNIUS -- Presiden Prancis Emmanuel Macro, bersikeras Eropa harus bekerja sama dengan Rusia untuk membangun perdamaian di wilayah tersebut. Namun ide tersebut masih sulit diterima oleh beberapa negara Uni Eropa lainnya.

"Cara kami melihat sesuatu adalah jika kami ingin membangun perdamaian di benua Eropa, kami perlu bekerja sama dengan Rusia," kata Macron dalam konferensi pers pada kunjungan pertama presiden Prancis ke negara-negara Baltik sejak 2001, Senin (28/9).

Baca Juga

Melakukan kunjungan Lithuania dalam rangkaian negara-negara Baltik, Macron mencoba menunjukan sinyal kuat kembali untuk merangkul Rusia. "Saya mengatakan ini di tanah yang telah hidup melalui yang terburuk, yang telah mengalami penindasan, yang telah mengalami kematian. Tetapi kami tidak dapat melakukan seolah-olah Eropa adalah sebuah pulau yang jauh dari Rusia," ujar Macron.

Terkait keracunan kritikus Kremlin, Alexei Navalny, Macron menegaskan kembali bahwa Rusia harus memberikan klarifikasi tentang kasus tersebut atau menghadapi konsekuensi internasional. Dia mengatakan komunitas internasional harus memutuskan konsekuensi berdasarkan informasi yang diberikan atau tidak oleh Rusia untuk penyelidikan oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

Selama setahun terakhir, Macron telah mencoba untuk mengurangi ketidakpercayaan antara Rusia dan Barat. Perbaikan hubungan ini diharapkan dapat mendorong bantuan Rusia dalam menyelesaikan krisis dunia yang paling sulit diselesaikan.

Namun upaya Macron telah mengecewakan pemerintah UE lainnya, terutama yang berada di wilayah timur yang lolos dari Moskow setelah Perang Dingin. Mereka mengatakan hanya ada sedikit perubahan untuk mencairkan hubungan di atas es sejak intervensi Rusia di Ukraina pada 2014.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement