Senin 28 Sep 2020 17:37 WIB

Gapmmi akan Pilih 10 UMKM untuk Jadi Percontohan Ekspor

Industri besar siap menjadi mitra bagi UMKM untuk memasarkan produknya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Ketua Umum Gabungan Pelaku Usaha Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S Lukman, mengatakan, telah menyusun program untuk memiliki 10 UMKM yang bakal mendapatkan pendampingan industri agar naik kelas. Pendampingan tersebut utamanya agar produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan mampu menembus pasar ekspor.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Ketua Umum Gabungan Pelaku Usaha Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S Lukman, mengatakan, telah menyusun program untuk memiliki 10 UMKM yang bakal mendapatkan pendampingan industri agar naik kelas. Pendampingan tersebut utamanya agar produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan mampu menembus pasar ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Gabungan Pelaku Usaha Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S Lukman, mengatakan, telah menyusun program untuk memiliki 10 UMKM yang bakal mendapatkan pendampingan industri agar naik kelas. Pendampingan tersebut utamanya agar produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan mampu menembus pasar ekspor.

"Kami akan pilih 10 UMKM dan kita akan angkat supaya bisa jadi lebih baik dan ekspor. Nantinya mereka bisa menjadi contoh bagi UMKM yang lain," kata Adhi dalam webinar yang digelar Gapmmi, Senin (28/9).

Baca Juga

Ia mengatakan, industri besar siap menjadi mitra bagi para UMKM tersebut untuk memasarkan produknya. Menurut Adhi, proyek percontohan itu tak perlu rumit, yang terpenting bisa menghasilkan suatu produk makanan dan minuman yang layak bersaing di pasar global.

"Memang kelemahan-kelamahan UMKM itu salah satunya modal. Tapi yang paling utama adalah mindset dari pelaku usahanya," kata dia.

Menurutnya, banyak produk olahan seperti makanan ringan khas yang sangat potensial untuk dijual di luar negeri. Untuk itu, Adhi mengatakan perlu kerja sama dengan pemerintah agar program tersebut bisa sesuai yang diharapkan dan menghasilkan UMKM yang berkualitas.

Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan UKM Gapmmi, Betsy Monoarfa, mengatakan, sejauh ini tercatat ada 1,8 juta UMKM yang bergerak di bidang pangan. Usaha yang masih bersakala ultra mikro atau beromzet di bawah Rp 300 juta per tahun juga jumlahnya cukup besar.

Situasi itu perlu dimanfaatkan oleh pemerintah. Pasalnya, saat ini terdapat sekitar 17 kementerian dan lembaga yang memiliki program untuk pembinaan UMKM. Apalagi, jika UMKM yang ada bisa mendiversifikasikan produknya untuk menjadi produk jadi yang siap dikonsumsi.

"Misalnya, yang biasa memproduksi sagu bisa diolah lagi menjadi keripik atau kerupuk. Itu saya kira yang kita juga harus informasikan kepada UMKM," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement