Senin 28 Sep 2020 15:35 WIB

Album Debut Band Ska Waiting Room Kembali Dirilis

Lagu-lagu Waiting Room akan tersedia di layanan streaming musik pada akhir 2020.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi kartun ikonik buaya pada sampul album karya Motulz membuat album band ska veteran Waiting Room disebut Buayaska oleh penggemar.
Foto: Dok Aquarius Musikindo
Ilustrasi kartun ikonik buaya pada sampul album karya Motulz membuat album band ska veteran Waiting Room disebut Buayaska oleh penggemar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Band independen veteran Waiting Room merilis ulang album debutnya. Album yang pertama kali dilepas pertengahan tahun 1997 itu dikemas ulang dalam format kaset dan CD oleh label indie Sabda Nada Records.

Dikutip dari pernyataan resmi band, album debut Waiting Room lahir pada era ledakan pertama gelombang band independen, pertengahan dekade 1990-an. Kala itu, band memproduksi karya secara mandiri, baik biaya maupun teknis.

Baca Juga

Album mendokumentasikan fase perjalanan karier Waiting Room membawakan genre musik ska, hardcore, dan punk. Band yang terbentuk pada 1994 ini pada awalnya melakukan cover lagu Fugazi, grup musik post-hardcore AS.

Pada perkembangannya, Waiting Room bermutasi menjadi band ska, dipengaruhi The Mighty Mighty Bosstones, Operation Ivy, Murphy’s Law, Madness, dan The Specials. Tak puas hanya membawakan lagu cover, band pun menciptakan lagu-lagu sendiri.

 

Band saat itu beranggotakan Eka Annash (vokal), Lukman Laksmana (vokal), Irfanno Muhammad (gitar), Ivan Riayatsyah (bas), Albert Kurniawan (gitar), dan Chandra ‘Ican’ Krisna (drum). Proses rekaman album dilakukan selama enam bulan.

Perekaman berlangsung di CMC studio di Jl.Dr. Saharjo Jakarta Selatan, mulai pertengahan 1996 hingga awal 1997. Semua prosesnya dilakukan secara analog menggunakan pita reel 3,5 inci serta tanpa bantuan produser.

Di tengah proses rekaman, gitaris Albert harus meninggalkan band untuk studi ke Amerika dan digantikan oleh Juan Rosyid. Meski begitu, produksi album tetap berlangsung, dengan desain sampul hasil karya seniman Motulz.

Ilustrasi kartun ikonik buaya pada sampul album karya Motulz membuat album ini disebut Buayaska oleh penggemar. Tata letak desainnya dirampungkan oleh Arian 13, yang saat itu masih menjadi vokalis band hardcore Puppen.

Atas rekomendasi Puppen, album didistribusikan oleh label asal Bandung Tropic Records dan berhasil terjual sekitar 10 ribu kopi. Setelahnya, Waiting Room merilis dua album bertajuk Propaganda dan Music.

Band lantas membubarkan diri pada awal 2003. Satu dekade kemudian, sekitar akhir 2013, Waiting Room sempat melakukan reuni kecil dan tampil di kafe Rolling Stone, kembali mengusung konsep cover tribute Fugazi.

Pada 2019, inisiatif perilisan katalog album di bawah naungan Aquarius Musikindo via layanan streaming membangunkan kembali aktivitas band. Lalu, diputuskan untuk merilis ulang album debut Buayaska yang sempat lama hilang.

Album kini telah dirilis dalam format kaset dan digital pada 25 September 2020 dan untuk pertama kalinya akan hadir dalam format CD pada awal Oktober 2020. Sementara, katalog penuh dua album lainnya akan tersedia di berbagai layanan streaming musik pada akhir 2020.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement