Senin 28 Sep 2020 12:34 WIB

Iran dan Irak Sepakat Perkuat Hubungan

Iran dan Irak sepakat memperkuat hubungan politik dan ekonomi

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Foto selebaran yang disediakan oleh kantor kepresidenan menunjukkan presiden Iran Hassan Rouhani (kanan) dan perdana menteri Irak Mostafa Al-Kahdimi (kiri) selama seorang wartawan bersama di Teheran, Iran, 21 Juli 2020. Kahdimi berada di Teheran untuk bertemu dengan orang Iran pejabat.
Foto: EPA-EFE/PRESIDENT OFFICE HANDOUT
Foto selebaran yang disediakan oleh kantor kepresidenan menunjukkan presiden Iran Hassan Rouhani (kanan) dan perdana menteri Irak Mostafa Al-Kahdimi (kiri) selama seorang wartawan bersama di Teheran, Iran, 21 Juli 2020. Kahdimi berada di Teheran untuk bertemu dengan orang Iran pejabat.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hussein menyelesaikan kunjungan diplomatik selama dua hari ke Teheran, Iran. Dalam kunjungan tersebut ia bertemu dengan pejabat-pejabat tinggi Iran dan membahas upaya peningkatkan kerja sama politik dan ekonomi.

Dalam kesempatan itu mereka juga membahas peran Amerika Serikat (AS) di kawasan. Pada Sabtu (26/9) lalu Hussein bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, dan ketua parlemen Mohammed Bagher Ghalibaf.

Baca Juga

Pertemuan tingkat tinggi ini dilakukan setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bertemu dengan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi pada Juli lalu saat Kadhimi melakukan kunjungan pertamanya sejak mulai menjabat awal Mei.

Dilansir Aljazirah Senin (28/9), Rouhani mengatakan pada Hussein bahwa Iran sepenuhnya mendukung persatuan fraksi Syiah, Sunni dan Kurdi di Irak. Ia juga mengatakan pasukan AS menjadi faktor tidak stabilnya kawasan Timur Tengah.

"Kami menilai kehadiran angkatan bersenjata AS di kawasan, entah di Irak, Afghanistan, atau negara-negara Teluk Persia sebelah selatan akan mengganggu keamanan dan stabilitas di kawasan," kata Rouhani seperti dikutip situs presiden Iran.  

Rouhani menambahkan tanggung jawab untuk menghentikan kehadiran pasukan AS di kawasan tidak hanya jatuh pada Iran tetapi negara-negara yang menampung mereka. Menurut Rouhani Iran sepenuhnya mendukung parlemen Irak yang memilih mengusir pasukan AS.

Awal Januari lalu AS membunuh Komandan Pasukan Quds Iran, Jenderal Qassem Soeleimani, di Irak. Pembunuhan tersebut meningkatkan ketegangan antara Iran dan AS.

Soleimani dianggap orang paling berkuasa kedua di Iran dan tokoh yang dihormati. Ia sedang ditemani politisi dan komandan militer Irak Abu Mahdi al-Muhandis dan sejumlah tentara Irak ketika drone yang diperintahkan Presiden AS Donald Trump menembak konvoi mobilnya.  

Trump segera meresponsnya dengan mengancam Iran dengan sanksi dan mengirimkan tagihan senilai miliar dolar AS atas biaya pembangunan pangkalan AS di negara itu. Trump berulang kali menegaskan akan menarik AS dari 'perang tak berkesudahan'.

Ia berencana segara menarik semua pasukan AS dari Irak. Pada awal September Komando AS di Timur Tengah Jenderal Kenneth McKenzie mengumumkan pada akhir bulan ini AS akan mengurangi jumlah pasukan di Irak menjadi 3.000 orang.

Sisa pasukan yang masih bertahan akan terus membantu pasukan keamanan Irak 'membasmi sisa-sisa' kelompok bersenjata ISIS. Dalam pertemuannya dengan Hussein, Rouhani juga menekankan untuk memperkuat hubungan politik dan ekonomi.

Hussein dilaporkan menanggapi dengan baik hubungan bilateral. Ia mengatakan tujuan utamanya berkunjung ke Teheran adalah membuat progres di perbatasan, transportasi, dan hubungan dagang.

Ia mengatakan perdana menteri Irak telah membentuk komite khusus. Dalam dua pekan mereka akan berkunjung ke Iran untuk menegosiasikan dan memfinalisasi kesepakatan bilateral.

Topik utama pertemuan tersebut adalah pengerukan sebagian sungai Shatt al-Arab atau sungai Arvand Rud. Selatan hilir sungai itu dianggap perbatasan Iran dan Irak dan muara sungai mengalir ke Teluk Persia. Kedua negara ingin memperluas perdagangan mereka melalui sungai tersebut.

Menteri Luar Negeri Iran Zarif mengatakan pada Hussien bahwa kedaulatan Irak sangat penting bagi Iran. Karena itu Teheran mengecam setiap serangan yang terjadi terhadap diplomat Iran di Irak.

"Meninjau langkah praktis untuk meningkatkan kerja sama bilateral, membahas pembunuhan teroris AS terhadap pahlawan kami Jenderal Soleimani, dan serangan di wilayah diplomatik Iran, menggarisbawahi keharusan melindungi pos-pos diplomatik," cicit Zarif usai bertemu Hussein.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement