Ahad 27 Sep 2020 21:47 WIB

Festival Perikanan Aquafest Digelar Hingga 18 Oktober

Aquafest bertujuan mengangkat pamor ikan-ikan hias Indonesia.

Ikan hias (ilustrasi).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ikan hias (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Festival tahunan akuakultur terbesar di Indonesia, Aquafest, digelar secara virtual. Acara ini diselenggarakan pada 26 September hingga 18 Oktober 2020.

Aquafest 2020 merupakan kegiatan yang digagas oleh Himpunan Mahasiswa Akuakultur (Himakua) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University. "Kegiatan ini diselenggarakan untuk mengangkat pamor ikan-ikan hias Indonesia serta memperkenalkan akuakultur kepada masyarakat," kata Ketua Pelaksana Aquafest 2020 Muhammad Ikhsan dalam keterangan tertulis, Ahad (27/9).

                               

Ikhsan mengatakan pandemi Covid-19 tidak menyurutkan keinginan untuk menggelar kegiatan tersebut. Dalam kegiatan itu, terdapat dua kategori besar yakni e-conference dan perlombaan. E-conference berbentuk seminar virtual dan lokakarya, sedangkan perlombaan berupa kontes infografis, videografis, hingga kontes video foto.

Dalam pembukaan festival, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University Luky Adrianto mengatakan kegiatan Aquafest merupakan branding dan ikon serta sebagai role model untuk menggabungkan kreativitas, ilmu pengetahuan dan bisnis di bidang perikanan dan kelautan.

Dia berharap akuakultur dapat dijadikan sektor yang dapat memulihkan perekonomian Indonesia pascapandemi. "Tentunya dengan melibatkan multiscale farmer dari skala kecil hingga industri serta menjadi lokomotif utama perekonomian Indonesia," ujar Luky.

                               

Pembukaan festival disertai dengan seminar virtual seri pertama dengan topik utama "Transformasi Akuakultur dalam Menghadapi Tantangan serta Peluang di Era Disruptif". Seminar virtual (webinar) itu diadakan untuk menanggapi fenomena industri akuakultur yang kekurangan sumber daya manusia serta lemahnya penanganan penyakit ikan.

Dalam paparannya, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengatakan terdapat potensi luar biasa yang harus dikelola untuk pembangunan akuakultur ke depannya. Komoditas unggulan baru yang terus bermunculan perlu dikelola lebih lanjut, misalnya ikan-ikan asli daerah perlu dikembangkan, seperti gabus, belida, hingga udang galah.

Dia menuturkan akuakultur pada era pandemi ini sangat signifikan menyerap tenaga kerja dikarenakan beberapa tren yang sedang bermunculan, hanya perlu diperhatikan area budidayanya saja. Adapun tantangan pada era pandemi Covid-19 pada sektor budidaya perikanan adalah kondisi sarana dan prasarana yang kurang memadai, penurunan harga komoditas, hingga penyesuaian sistem logistik.

                               

Sementara program utama pemerintah saat ini adalah peningkatan ekspor udang pada 2024 sebagai komoditas dengan nilai terbesar di sektor perikanan budidaya.

Akuakultur berkelanjutan juga terus diupayakan. Tak hanya di aspek produktivitas, tetapi juga perekonomian sosial, di mana pada 2024 pemerintah akan mengusahakan minimal pendapatan warga di sektor tersebut di atas Rp 4,6 juta per bulan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement